Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Happy with Hijab! (2)

Gambar
Masih ingat postingan saya tentang "Happy with Hijab!"? Pada postingan itu saya berencana untuk membeli pashmina anak untuk Askana agar ia terbiasa menggunakan kerudung. Namun, karena satu dan lain hal, hingga saat ini saya belum merealisasikannya. Belakangan ini ada hal yang menarik. Adia juga suka sekali memakai kerudung ke sekolah. Saya juga mendapat laporan bahwa Adia betah berlama-lama memakai kerudungnya, bahkan saat ia mau tidur. Melihat hal itu, saat akan berangkat sekolah saya bertanya pada Adia, "Dedek Adia mau bawa kerudung ke sekolah?" Apabila ia setuju, maka saya akan memberi kesempatan padanya untuk memilih kerudung yang ia bawa. Rupanya hal ini menarik perhatian Askana. Suatu hari saat Adia memakai kerudungnya, Askana berkata, "Kenapa Bunda gak bawakan kakak Kana kerudung?" Saya langsung menangkap peluang itu. "Kakak Kana mau ke sekolah pakai kerudung, nak?" "Mauuu, Bunda!" jawabnya bersemangat. Sesampainya di rumah, i

Na..nana..nana..na..na..

Sepanjang pengamatan saya, ada kebiasaan baru yang dilakukan Adia: bersenandung 😚 Lucuu yaa.. Sudah dua hari ini Adia selalu bersenandung saat sedang bermain, entah menyanyikan lagu apa. Perbendaharaan kata Adia memang masih terbatas, tapi saya mendengar jelas dirinya mengeluarkan suara yang berirama, seperti "na..nana..na..na..nana.." Saya teringat bahwa dua hari lalu sepulang sekolah, saat di dalam taksi, saya dan Askana bermain tebak lagu. Kami bersenandung dengan irama lagu tertentu secara bergantian dan setelah tahu itu lagu apa, lalu kami menyanyikannya bersama-sama. Adia memerhatikan kami sambil bertepuk tangan riang. Malam harinya, Adia mulai bersenandung saat ia bermain. Mungkin itulah yang memicu kebiasaan baru Adia ini. Dan rupanya, kebiasaan barunya ini juga disadari oleh caregiver dan gurunya di sekolah. Saat sore tadi saya menjemput Adia, keduanya melaporkan hal yang sama, bahkan Adia bersenandung saat duduk di kloset, haha.. 😅 Menurut saya, bernyanyi itu

Jauh di Mata, Dekat di Hati

Sedekat apapun anak-anak dengan si ibu, seorang ayah tetap mempunyai tempat tersendiri di hati anak-anaknya , itulah yang saya yakini. Suami saya termasuk seorang workholic . Hampir setiap hari ia pulang lewat tengah malam, dan pagi-pagi sudah mengantar anak-anak ke sekolah. Tidak banyak memang waktu yang dihabiskannya bersama kami. Saat weekdays , quality time yang dibangun bersama anak-anak adalah saat mengantar anak-anak ke sekolah, namun tidak jarang pula hal itu pun terlewat karena anak-anak masih tertidur pulas. Ditambah lagi saat ini ayahnya anak-anak mengikuti training setiap hari Sabtu, maka sudah sebulan ini beberapa pertanyaan sudah sangat familiar, "Ayah di mana, Bunda? Trainingnya sampai jam berapa? Kok Ayah gak pulang-pulang?" Alhamdulillah, salah satu sarana yang dapat mendekatkan anak-anak dan si Ayah adalah video call . Meski terpisah jarak, tapi ternyata anak-anak sangat senang dapat melihat wajah ayahnya dan bercerita apapun. Seperti malam tadi, Adia be

Kongkow Bocah di Taman Komplek

Salah satu pertimbangan yang menarik perhatian kami untuk memilih rumah yang kami tinggali sekarang ini adalah adanya taman bermain dekat dengan rumah kami. Namun, saya akui saya memang jarang mengajak anak-anak bermain di taman karena di hari weekend waktu saya seakan habis dengan urusan rumah tangga dan menghadiri undangan ke sana kemari. Begitupun dengan ayahnya anak-anak. Waktunya habis di kantor, sehingga saat hari Sabtu biasanya diisi dengan merecharge tenaga. Beruntungnya, Aki dan Nini yang rajin mengajak anak-anak (terutama Askana) bermain di taman saat datang menjenguk ke rumah. Belakangan, taman komplek direnovasi sehingga memiliki daya tarik lebih bagi saya. Akhirnya, di saat ayahnya training, saya pun memberanikan diri mengajak Askana dan Adia ke taman. Askana senang sekali bermain dan berbaur dengan anak-anak tetangga. Selain mencoba berbagai mainan, seperti ayunan, perosotan, panjat dinding; Askana juga berani belajar bersepada dengan meminjam sepeda temannya (ban seped

Trial Error Latihan Berenang Para Balita

Gambar
Sudah sebulan ini ayahnya anak-anak memutuskan untuk training di hari Sabtu, yang pada akhirnya membulatkan tekad saya untuk mengajak anak-anak belajar renang. Nahh, alhamdulillah sekali Mbak Rina, salah satu member IIP Jakarta, bersedia mengajari Askana dan Adia berenang di hari Minggu. Lohhh ko Minggu?? Iya memang tadinya saya berencana membawa anak-anak belajar renang di hari Sabtu, ternyata..ehh ternyataa..saya si Bunda yang sok-sokan super ini mendadak memble pas tahu jadwal renang di hari Sabtu bertempat di Amsterdam Waterpark, Tangerang. Wakkakakk, jauuhhh bangett kan yaa dari rumah sayaa di Joglo, dan itu adalah waterpark--yang mana pasti banyaakk banget wahana yang akan mengganggu konsentrasi Askana ataupun Adia.. Kebayangg gak, saya yang kecil begini gendong Adia dan menggandeng Askana, ditambah menenteng beberapa tas, yaa Salaam.. *lambaikann bendera putihh aja dehh 🙇😝 Jadilahh diputuskan anak-anak berenang di hari Minggu aja. Alhamdulillah juga ayahnya anak-anak bisa an

Happy with Hijab!

Gambar
Happy with hijab, hihii..afrakids banget yaa saya. Ehh tapi emang bener lohh ini quotes afrakids selalu menginspirasi, cuuutttt....jadi promo! *silakan menghubungi saya apabila minat dengan produk afrakids yaa, eaaa.. 😝 Kali ini saya akan bahas kejadian pagi tadi. Emmh, sebenarnya ini bukan kali pertama, tapii baru kali ini saya menyadari bahwa Askana sangat mahir menggunakan kerudung ataupun pashmina sebagai hijab. Sejak kecil Askana memang sudah saya kenalkan dengan kerudung, banyaaakkk dehh kerudungnya..alhamdulillah bisa dipakai oleh Adia juga sekarang, hehe.. Tapi memang, saya tidak pernah memaksakan Askana harus selalu memakai kerudung saat keluar rumah. Kenapa? Yaa memang karena kewajiban berhijab hanya untuk wanita yang sudah baligh..dannn alhamdulillahnya Askana sudah tahu itu. Kembali ke topik, singkatnya, pagi tadi Askana dan Adia sibuukk sekali berkreasi dengan kerudung saya. Adia mondar-mandir menarik-narik kerudungnya, sedangkan Askana antengg sekali di kamarnya. Lalu

Teka-Teki Peri Flora

Pernah gak sih para moms berpikiran, "aduuhh kenapa sih anak ini ngebantaahh teruuss?!", dan hal itu ternyata hinggap di pikiran saya semalam. Askana belakangan ini memang sedang hobi berargumen tentang banyak hal, bahkan mendebat tentang kebenaran yang saya sampaikan. Ini yang kadang membuat saya harus bersabar ekstra untuk menjelaskan dan tidak mengikuti arus pemikirannya, meski terkadang si Sulung ini memberikan pernyataan, "Bunda salah! Bunda gak tahu ya? Bunda gak percaya ya dengan Kakak Kana?" daann kalimat-kalimat lainnya 😓 Sebelum tidur, biasanya Askana meminta saya untuk membaca buku cerita. Aktivitas bercerita inipun yang akhirnya juga diikuti oleh Adia. Buku pilihannya malam tadi adalah "Teka-Teki Peri Flora", yang merupakan buku aktivitas dengan alur cerita dan gambar yang menyenangkan. Buku ini merupakan salah satu buku favoritnya. Saya sebenarnya sudah terkantuk-kantuk, tapi saya mencoba bercerita untuk mereka. Askana tentunya sudah sanga

Coretan yang Menyenangkan!

Gambar
Beberapa hari ini saya mengamati tingkah Adia dalam hal menggunakan krayon. Sebelumnya, saat awal sekali ia mengenal krayon, seperti bayi-bayi pada umumnya, ia malah memasukkan krayon ke dalam mulutnya. Yeahh, fase oral yang membuat ibu-ibu macam saya cukup ketar-ketir, huhuu.. Tapi ternyata, itu hanya berlangsung sekali, seingat saya..tidak seperti mainan lainnya yang sengaja ia masukkan ke dalam mulut berulang kali. Adia justru seakan mengeksplor warna-warna krayon tersebut pada bukunya, mencoba satu-persatu krayon itu. Ia sibuk mencari ruang kosong pada kertas untuk mencoretkan berbagai macam warna dengan raut muka cukup serius. Lama juga ia bertahan dengan aktivitas itu. Suatu waktu saya bahkan pernah tertidur saat  menungguinya mengeksplor warna-warna itu. Dan malam ini, saat saya beraktivitas di area dapur, Adia justru mencoba hal baru. Ia menggoreskan krayonnya ke tangga kayu kecil dan tertawa terbahak-bahak saat saya memergokinya, hahaa.. Melihat tingkah adiknya itu, Askana tur

Kapten RB Menulis IIP Kota Jakarta 2017 (Bagian 2)

Tulisan ini saya buat sesuai dengan kondisi RB Menulis saat ini .. "Sudah kepalang nyebur, jadi berenanglah mengikuti arus.." kalimat itu yang terus-menerus saya tanamkan pada diri saya. Sepertinya saya ditempa--lagi dan lagi--untuk memaknai syukur, sabar, dan ikhlas. Ya..cinta itu tentang syukur, sabar, dan ikhlas, itulah yang saya pegang bertahun-tahun, dan kali ini saya diuji: apa yang bisa saya lakukan sebagai bukti cinta saya kepada RB Menulis? Mengingat alur saat saya berbelok arah memilih bergabung di sini ataupun saat pemilihan (yang sejujurnya saya tidak memilih partai saya karena keraguan atas SDM yang ada)--yang kemudian berujung pada kemenangan, saya menyadari bahwa ada alasan kenapa saya berada di sini, kenapa saya diamanahi sebagai Kapten RB Menulis, masya Allah.. Jadi, di awal masa pemilihan pengurus RB Menulis, saya berkonsultasi dengan pengurus RB Menulis yang lama, dan alhamdulillah ide saya untuk menggandeng tim "partai sebelah" disetuj

Matematika sebagai Pondasi Kerangka Berpikir Anak

Gambar
Matematika, suatu cabang ilmu yang tidak sedikit orang yang tidak menyukainya--termasuk bagi suami saya. Katanya, ia lebih suka mempelajari fisika daripada matematika, karena fisika merupakan ilmu terapan yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengunyah materi dan mengerjakan tantangan game level 6 ini, saya semakin menyadari bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk dipahami. Matematika tidak hanya sebatas kegiatan berhitung saja, lebih dari itu..ilmu matematika sebagai salah satu pondasi membangun kerangka berpikir seseorang menjadi kritis, logis, dan sistematis. Pengenalan konsep dasar matematika sederhana yang selama ini kami lakukan semoga dapat membangun persepsi di mata anak-anak bahwa matematika itu suatu ilmu yang menyenangkan, tidak melulu soal angka, sehingga nantinya mereka dapat lebih memahami dan mengaplikasikan matematika ke dalam kehidupan sehari-hari. #AliranRasa #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAr

Mengenal Anggota Tubuh

Salah satu cara menyenangkan untuk mengenalkan anggota tubuh ke anak-anak adalah dengan lagu "Dua Mata Saya". Kali ini saya mencoba untuk mengetes pengetahuan Adia. " Adia, mata dedek mana?" tanya saya. Ia lalu menunjuk matanya. "Iyaa, itu ya..ada berapa matanya? Ada dua ya.." kata saya. "Hidungnya mana, dek?" ia lalu menunjuk hidung mungilnya. Saya lalu menanyai anggota tubuh lainnya dan ia berhasil menunjukkannya dengan benar. "Sekarang, tangan dedek mana? Coba angkat!" Ia lalu mengangkat tangan kirinya. "Tangan satunya lagi?" pinta saya. Ia lalu mengangkat tangan kanannya. "Waah, pintaar..iya tangan Adia ada dua ya, nak.." ia tersenyum senang. Meski belum lancar bicara, Adia sudah bisa dinyatakan LULUS dalam hal pengenalan anggota tubuh ini. Good job, Adia! 😘 #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundUs

Belajar Berhitung: Penambahan

"Bunda, ini apa?" Askana menunjuk salah satu halaman di buku aktivitasnya. "Waah, yg ini kakak belum bisa, nak..ini belajar penambahan.." jawab saya. "Bisa kok, Bunda..kakak bisaa! Kakak udah belajar penambahan di sekolah sama Ms Endang," katanya percaya diri. "Woww, betul, Kak?" tanya saya penasaran. "Iyaa, Bunda. Bunda gak tahu ya? Nihh, satu ditambah lima itu..." katanya dengan kalimat yang menggantung, ia nampak berpikir. "Jadi berapa?" tanya saya. "Jadi..emmh.." ia masih berpikir keras. Saya lalu membantunya dengan mengangkat dua tangan saya. Tangan kiri mengisyaratkan lima jari, tangan kanan mengisyaratkan satu jari. "Ini, kak.. Lima ditambah satu, jadi berapa?" tanya saya lagi. "Jadii...tujuuhh!!" jawabnya mantap. "Haa? Bukaann! Ini loh dihitung jari Bunda, jadi berapa?" tanya saya mulai gemas. "Emmhh..." pikirannya masih berasa keras. "Jadii..enaamm.."

Nomor Antrian

Hari Sabtu ini berhubung ayahnya anak-anak tetap masuk ke kantor untuk meeting, akhirnya saya pergi ke dokter bersama dua krucils. Alhamdulillah tidak begitu antri, sehingga dapat selesai dengan cepat. Sehabis saya konfirmasi obat terhadap pihak farmasi, Askana pun sigap membantu saya memencet mesin untuk mendapatkan nomor antrian. "Kak, dapat nomor berapa kita?" tanya saya. "Emmh, zero..dua..seven.." katanya menyebutkan angka yang tertera pada kertas. Hihii beginilah yaa kalau di sekolahnya pakai bahasa inggris di rumah pakai bahasa indonesia, campur aduk ngomongnya, hehe.. 😅 #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundUs

Ayo, Tutup Pintunya!

"Askana, tuh kaann..kenapa Kakak gak menurut sama Bunda? Bunda udah berkali-kali bilang kan sama kakak?" ini kali kedua saya menegurnya malam ini karena larangan saya tidak diindahkannya. Pertama, ia menindih badan adiknya, bercanda memang..keduanya tertawa. Walaupun badan Adia hampir menyamainya, tapi tetap saja bagi saya: tidak ada senda gurau yang menyakiti orang lain. Ia lalu minta maaf kepada adiknya. Kedua, menggigiti kuku, dan saat ini malah melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.  Saya pun akhirnya keluar kamar, yang diikuti oleh dua krucils ini. "Tutup pintunya, Kak!" inipun sudah berulang kali saya katakan. Yang keluar kamar belakangan, harus menutup pintu kamar. Askana langsung bergerak cepat menutup pintu. Dari sofa, akhirnya saya mengajak para krucils ke kamar mereka. "Yuuk, kalau belum mau pada bobo, kita ke kamar kakak dan dedek aja ya!" ajak saya. Selama ini memang kamar mereka sebagai tempat 'transit' untuk bermain dan belajar s

Kakak - Adik

"Waahh, anak Bunda pintaarr, si cantik nomor dua..!" seru saya pagi itu mengapresiasi kemajuan motorik Adia saat dalam perjalanan ke sekolah. "Bunda, kalau kakak Kana si cantik nomor satu yaa? Soalnya kakak Kana itu kakaknya ya, Bunda..kakak lahir duluan ya..?" timpal si Sulung dari jok depan. "Betul, Sayang..kakak anak nomor satu, dedek anak nomor dua.." jawab si Ayah membenarkan. Good job, Askana! 😘 #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundUs

Bulan Setengah!

Sesampainya kami di depan rumah, saat saya kelimpungan menggeret barang-barang bawaan, su Sulung teriak, "Bundaaa, lihaattt! Ada bulan setengah.." serunya riang. "Waahh, iyaaa..", jawab saya menimpali. Malam ini bulan terlihat setengah lingkaran. Esok harinya, saat saya menjemput anak-anak di sekolah, "Bunda, lihaatt..ada bulan setengah lagii..!" seru Askana. "Tapi, itu bukan setengah lagi, Bunda..bulan apa itu namanya?" Skak! "Ooiyaya..bukan setengah lagi, artinya sudah mau bulan purnama, sayaang.." mamak ngeless, sambil ragu jawaban ini diterima atau tidak, wakakaakk.. Dan Askana ber-"ooo" ria. Kali ini selamat, sepertinya saya harus sudah mulai belajar lagi tentang pergerakan bulan, hihii.. 😄 #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundUs

Kriiingg!

Memasuki usia empat tahun, Askana sudah bisa menyebutkan angka 1-30 secara urut. Ia juga sudah bisa mengidentifikasi angka dan menuliskannya, meskipun terkadang arahnya terbalik. Saat di rumah Oppungnya, "Bunda, ayo telpon Ayah! Kakak Kana mau telpon Ayah.." serunya antusias. Pesawat telpon di rumah Oppungnya memang menjadi salah satu barang favorit sejak Kana kecil. Di rumah kami tidak ada. "Sini, tante sebutin nomor Ayah ya, kakak yang pencet," jawab adik ipar saya, "nol..delapan..satu..dua...." tantenya runut mendikte nomor hp itu. "Ayaahhh...ayah ko belum pulang? Ayah dimana?" katanya membrodol dengan banyak pertanyaan, "Kakak Kana di rumah Oppung nih, ayah jemput dongg!" lanjutnya. Askana lalu memanggil adiknya untuk bicara, "Ayaaahhh...ayaaahhh!" kata Adia. Namun sepertinya kurang ada respon dari seberang sana. Lalu, tantenya meminta gagang telpon dari Askana, "Halo, Abang..abang, kedengeran gak? Abang..eh, iya

Bermain dengan Timbangan Digital

"Bundaa, tolong lihatin dong, kakak kana berapa?" ia gesit sekali mengeluarkan timbangan digital dari kolong lemari. "12,8 kilo.." kata saya "Waahh, kakak kana udah tinggi ya, Bunda?!" entah mengapa ia selalu menyebut tinggi badan. "Bukan tinggi, nak..tapi berat. Timbangan itu untuk mengukur berat badan," saya mengoreksi untuk yg ke sekian kalinya. "Ayoo, bergantian..coba sekarang kakak sebutkan angka yang muncul!" Posisinya berhadapan dengan timbangan, "emmh..lima..satu..empat.." jawabnya ragu-ragu membaca angka yang terbalik. "Waah, pintar kakak..betul semua angkanya ya, tapi urutannya terbalik, nak..harusnya bacanya dari sebelah sini.. Ayo sekarang bergantian lagi!" 😊 Berat siapakah ituuu?? #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundUs

Kapten RB Menulis IIP Kota Jakarta 2017

Gambar
Kapten, begitulah mereka terbiasa memanggil saya. Posisi "Kapten" atau bisa juga dibilang Ketua Rumah Belajar (RB)Menulis Kota Jakarta sama sekali bukanlah posisi yang saya bayangkan sebelumnya. Di awal penawaran tentang rumbel (bahasa gaulnya RB, hihii), saya tadinya berniat bergabung dengan Rumbel Berkebun, mengingat dulu saat jadi simpatisan IIP Bogor cukup seru mengikuti aktivitas workshop Hidroponik. Namun, ternyata mendekati penutupan pendaftaran rumbel, saya kemudian terinspirasi untuk berbelok arah, dan akhirnya saya memilih untuk bergabung di rumbel Menulis dan Playschool Tomat. Nah loh, ujug-ujug masuk rumbel menulis yaa, nekat   Kegalauan saya kemudian meningkat saat dikasih pertanyaan di form pendaftaran, "apakah bersedia menjadi pengurus?", dengan ragu saya jawab "iya", berharap bahwa bantu-bantu pengurus yang lama sekaligus belajar, hehe. Qadarallah, ternyata saya justru diamanahi menjadi Kapten RB Menulis. Flashback sedikit saat pemilihan p