Action #2: Kegalauan Memilih Peralatan Masak yang Aman bagi Kesehatan

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Yasshh
, memasuki pekan kelima rasanya semakin njlimet ini tantangannya, wakakakk. Bukan hanya action plan dan tugas sebagai mentor, pekan ini juga kami diminta untuk melakukan false celebration dan 360 degree evaluation. Hohoo... Pada pekan ini saya merasa kurang fokus, mungkin karena saking banyaknya yang harus dikerjakan ya (seperti yang sudah saya tulis tadi). Tapi, ternyata saya tidak sendirian karena Mbak Fina pun mengalami hal yang sama. Selain itu, saya juga mendapat curhatan serupa dari teman regional lain.

Saat 360 degree evaluation, alhamdulillah saya justru mendapat banyak suntikan semangat. Pekan ini si ayah mau membantu saya untuk mencari peralatan masak. Ayah juga bertanya-tanya pada mama mertua tentang peralatan masak yang beliau gunakan. Bahkan, si ayah yang mengingat merk dan jenis bahan dasarnya. Yaaa, meskipun belum sampai tahap mensponsori peralatan masak yang saya gunakan, tapi karena hal itu saja saya bahagianya bukan kepalang! Hehe, terima kasih ayah... Oya, respon ibu mertua saat si Ayah cerita kalau saya berniat untuk mengganti peralatan masak yang aman bagi kesehatan dan lebih membuat saya bahagia, sangat baik sekali. Beliau memberitahukan toko tempat membeli peralatan masak tersebut. Saya juga menanyakan progress belajar saya kepada anak-anak. Wah, makin bahagia lagi. Mereka bilang, "Terima kasih, ya, Bunda, karena Bunda sudah berusaha dan semangat untuk rapi-rapi dapur!" Wuaahh, makin semangat belajarnya. Terima kasih, Ayah dan krucils, kalian luar biasa mau memberikan dukungan bagi si Bunda ini...

As a Mentee
Pada pekan ini action plan saya ada dua, yaitu:
1. Menata ruang makan; serta
2. Menyortir dan menata peralatan masak.


Hemmh, sebenarnya udah ngincer banget yaa tableware yang sekarang semakin keren. Model minimalis tapi elegan. Tapiii, keinginan itu sudah ditahan dari minggu laluu mengingat masih ada banyakk piring-piring yang disimpan. Dan akhirnya saya cuma ngencess lihat piring-piring cantik bertebaran di media sosial, hehe. Ruang makan kami hanya terdiri dari meja dan kursi makan, bersebelahan dengan dapur. Ruang makan menjadi tempat favorit saya untuk belajar karena selain bisa menghirup udara segar di pagi hari (dari halaman belakang) saya juga dapat mendengar suara gemericik air dari kolam ikan. Selama pandemi covid-19, ruang makan ini menjadi tempat favorit semua orang. Di minggu pertama WFH, hanya saya yang berkegiatan di ruang makan. Minggu-minggu selanjutnya, si Ayah malah ikut melipir bekerja di ruang makan. Terkadang Askana dan Adia malah ikut nimbrung di ruang makan saat SFH. Jadilah ruang makan ini sebagai tempat aktivitas utama. Full seat. Alhasil, banyaakk sekali barang yang ada di atas meja makan. Ya laptop, ipad, buku, mainan anak-anak, kertas-kertas gambar, gelas minum, vas bunga, makanan, dan teman-temannya. Rame banget, deh, wakakakk.


Alhamdulillah pekan ini saya termotivasi untuk merapikan kembali ruang makan. Semua barang yang ada di atas meja dirapikan. Saya juga meminta anak-anak untuk menyortir barang-barang mereka yang saya temukan di atas meja makan. Untuk memperbaharui suasana, saya menata taplak meja di atasnya. Sebenarnya ini bukan taplak meja, melainkan kain sumba yang diberikan kakak saya. Saya belum menemukan taplak meja dan table mat (alas piring) yang sreg di hati, tapi tentu bukan hal sangat urgent karena fungsi mereka sebagai pemanis ruangan yang dapat meningkatkan mood. Yeayy, meja makan sudah rapii dan saya senang menatapnya lapang setiap pagi saat bangun tidur.


Action plan kedua saya adalah menyortir peralatan masak. Wahh, ini kerja keras banget. Beberapa bulan lalu saya melihat artikel tentang peralatan masak yang aman untuk kesehatan. Dann tahu apaa? Peralatan masak di rumah masuk ke dalam zona merah semua, donggg. Tapi sayangnya saat itu saya masih setengah sadar. Belum tergerak untuk mengganti peralatan masak itu. Saya hanya tidak memakai beberapa peralatan masak, tapi ketika kepepett yaa dipake lagiii. Astaghfirullah... Kelas Bunda Cekatan ini menjadi titik balik saya dalam hal perdapuran. Setelah sebelumnya saya belajar konsisten untuk memasak, kali ini saya juga mulai memerhatikan peralatan masak yang saya gunakan. Apakah benar saya sudah menyajikan makanan yang baik bagi keluarga?


Berdasarkan hasil penelusuran saya, ada empat bahan dasar peralatan masak yang aman untuk kesehatan, yaitu: kaca, keramik 100%, stainless steel, serta besi. Nahh kan, berasa ketampar bolak-balik karena peralatan masak di rumah sebagian besar tidak berbahan dasar itu. Kegalauan mencari peralatan masak pun dimulai, secara yaa ternyata harga peralatan masak yang aman itu harganya gak tanggung-tanggung, huhuu. Terus terang saya tertarik dengan merk peralatan masak dari eropa yang banyak berseliweran di media sosial. Saya juga bertanya kepada teman-teman yang lebih paham tentang ini, termasuk kepada ibu mertua (naksir panci stainless steelnya soalnya, hehe). Berhari-hari galaauu, baca artikel sana-sini (dua diantaranya yang paling berpengaruh saya tulis di bagian referensi, ya) wakakakk, akhirnya buka diskusi juga sama si Ayah. Wakakakk. Balik lagi ke fokus utama, apa bahan dasarnya? Intinya adalahPFOA free, no PFAS, no lead, no codmium. Kemudian pertanyaan lanjutan adalah apakah aman bagi anak-anak (kemungkinan untuk tersenggol dan lain-lain)?

Bismillah
, akhirnya pilihan mengerucut. Saya sudah niat tidak mau lagi menyajikan makanan buat keluarga yang potensi mudharatnya besar bagi kesehatan, maka saya mengganti beberapa peralatan masak, termasuk magic com. Untuk wajan, saya menetapkan pilihan pada Greenpan yang bahan dasarnya adalah pasir yang dilapisi dengan pure ceramic dan 100% toxin-free. Untuk panci, saya memilih bahan stainless steel 18/10 yang juga aman untuk kesehatan (merk yang saya pilih sama dengan yang digunakan oleh ibu mertua). Saya tidak memilih wajan berbahan dasar stainless steel karena perawatannya yang cukup repot apabila terkena noda minyak. Untuk magic com saya juga memilih yang inner potnya berbahan ceramic karena yang sebelumnya lapisannya sudah terkelupas. Dari sekian banyak peralatan masak yang saya punya, saya hanya menyisakan panci kukus berbahan dasar stainless steel 18/10 warisan mama (wuuihh emang awet ya udah lebih dari 10 tahun masih kinclong).


Yess, peralatan masak minimalis, tentunya saya semakin rajin cuci-cuci dong yaa (ya kan kalau ditumpuk nyucinya gak akan bisa masak, wakakakk). Hal ini juga sekaligus menghemat waktu mikir saya, masak pakai apa, yaa? Hahaa...


Foto di atas adalah sekian banyak peralatan masak yang saya singkirkan karena tidak aman bagi kesehatan, huhuu. Semoga ini tercatat sebagai ikhtiar saya dalam menjaga nikmat sehat yang selama ini sudah Allah berikan.


As a Mentor
Pada pekan ini saya mendapat banyak progress dari mentee. Alhamdulillah para mentee sudah menjalankan action plannya. Ada satu hal yang dirasakan betul oleh para mentee bahwa standar yang kita yang dibuat sangat perlu disesuaikan dengan anak-anak. Maka, tidak heran dalam melatih kemandirian anak akan ada banyak emosi terlibat, standar sedikit menurun, banyak tarik napas, dan banyak elus dada. Hehe. Sabaarr yaa, in sya Allah semua akan berbuah manis. Semangat!


Referensi:
1. Artikel "Bagaimana Memilih Wajan yang Tepat dan Sehat untuk Memasak?" diakses dari laman https://nougatworld.com/bagaimana-memilih-panci-yang-tepat-dan-sehat-untuk-keluarga/
2. Artikel "Review Alat Masak yang Aman" diakses dari laman http://trisadinidaswan.com/review-alat-masak-yang-aman/


#kelaskupukupu
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankelima




Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Hal Besar Dimulai dari Langkah Kecil

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak