Tazkiyatun Nafs: Belajar dari Kisah Penjual Roti dan Imam Ahmad bin Hambal

Bismillahirrahmanirrahiim....

Yeay, akhirnya saya lolos dari tahap telur-telur dan mulai memasuki tahap ulat-ulat. Senang banget karena saya masih bisa bertahan meski kemarin ada beberapa ujian, hoho. Di tahap ulat-ulat ini, saya pikir kami sudah diminta untuk praktik, hehe ke-PD-an. Sudah semangat banget, dong. Eh ternyata, kami justru diminta berbagi ilmu terlebih dahulu. Hemmh, cukup unik, nih, metode pembelajaran dari Ibu Septi. Jadi, ibarat gelas kosong, ya, gak mungkin diisi terus-menerus. Tapi, air di dalam gelas juga harus dituang biar enggak luber. Sama dengan, gak mungkin kita belajar terus-menerus, tapi kita juga harus berbagi ilmu kepada yang lain agar setiap proses pembelajaran kita menjadi berkah. Masya Allah ... love banget!

Untuk menulis jurnal pertama di tahap ulat-ulat ini lumayan bikin galau, huhuu ... dan akhirnya saya memutuskan untuk merevisi (lagi) peta belajar saya. Saya merasa tidak sreg karena butuh bridging antara tema proyek kandang waktu saya (On Time di Dunia, Bahagia di Akhirat) dengan aktivitas pertama yang ingin saya dalami. Aktivitas pertama yang saya dalami dan saya bagi adalah tentang tazkiyatun nafs dengan membiasakan diri membaca istighfar minimal 100x setiap harinya. Kenapa ini penting bagi saya? Simak ceritanya dulu, yuk!

Tahun lalu, saya mulai belajar tahsin. Ustadz Agus yang mengajari kami selalu memberikan tausiyah di awal pertemuan. Saat itu Ustadz Agus bercerita tentang Kisah Penjual Roti dan Imam Ahmad bin Hambal. Begini kisahnya....

Suatu pagi Imam Ahmad (yang juga adalah murid dari Imam Syafe'i) terbangun dari tidurnya dan berkeinginan untuk pergi ke suatu tempat yang sangat jauh. Ia sendiri tidak tahu apa yang membuat dirinya begitu kuat ingin melangkah ke tempat itu. Hingga akhirnya, ia tiba di suatu masjid dan menjalani shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Imam Ahmad adalah seorang yang sangat terkenal pada saat itu karena ilmu yang dimilikinya. Akan tetapi, orang-orang hanya mengenal namanya saja, bukan orangnya. Setelah shalat, Imam Ahmad kelelahan dan berniat untuk beristirahat di masjid (sumber lain mengatakan menginap di masjid). Namun, sang marbot masjid menegur Imam Ahmad agar tidak berbaring di masjid. Lalu, Imam Ahmad menuju teras masjid dan beristirahat di sana. Lagi-lagi marbot masjid memintanya untuk pergi.

Hingga akhirnya, Imam Ahmad dipanggil oleh seorang penjual roti yang kiosnya ada di dekat masjid tersebut. Penjual roti itu mempersilakan Imam Ahmad untuk beristirahat di tempatnya. Ada hal menarik yang diperhatikan oleh Imam Ahmad selama ia beristirahat di kios tersebut. Si penjual roti tidak luput untuk mengucap istighfar di setiap aktivitasnya saat membuat roti. Saat mencampur bahan-bahan, mengaduknya, menguleninya, ia selalu mengucapkan, "Astaghfirullah wa atuubu ilaih".

Imam Ahmad penasaran, ia bertanya kepada penjual roti, "Wahai Penjual Roti, sudah berapa lamakah kau melakukan amalan itu?"
Penjual roti menjawab, "Aku sudah lama melakukannya." Astaghfirullah wa atuubu ilaih, mulutnya kembali beristighfar sambil melempar adonan roti tersebut.
Imam Ahmad bertanya kembali, "Adakah suatu hikmah yang kau dapatkan dari amalan tersebut?"
Ia menjawab, "Ada, Syeikh. Allah selalu mengabulkan segala doaku, memberikan apa yang aku minta."
Imam Ahmad bertanya lagi, "Apakah kau memiliki suatu permintaan yang belum dikabulkan oleh Allah?"
Ia kembali menjawab sambil terus membuat adonan roti, "Ada, Syeikh, aku belum dipertemukan oleh Imam Ahmad bin Hambali."
Mendengar hal tersebut, Imam Ahmad berkata, "Allahu akbar! Istighfarmu yang membuatku datang ke tempat yang jauh ini tanpa sebab. Istighfarmu yang telah membuatku diusir dari masjid. Istighfarmu yang telah membuatku masuk ke tokomu ini. Akulah Imam Ahmad bin Hambali."

Duuh, pertama dengar cerita ini langsung merinding. Allahu akbar, Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Mengutip ulasan Ustadz Khalid Basalamah (bisa lihat link youtube yang saya sertakan) atas cerita hikmah ini bahwa biasanya orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi orang yang berilmu, namun istighfar si penjual roti ini telah membuat Imam Ahmad didatangkan oleh Allah kepadanya.

Dari kisah ini akhirnya saya coba mencari tahu apa sesungguhnya keistimewaan istighfar. Dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 3, Allah berfirman,
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat."

Masya Allah, ini merupakan janji Allah. Dengan melafadzkan istighfar, selain Allah akan mengampuni segala kesalahan kita, Allah juga akan memberikan kenikmatan kepada kita. Rasullah saw telah memberikan tauladan atas hal ini. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Demi Allah sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat dalam satu hari lebih dari 70 kali.'" (HR. Bukhari)

Riwayat lain mengatakan, dari Aghaar bin Yasar RA, ia berkata,
"Rasulullah saw bersabda, 'Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya! Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari 100 kali.'" (HR. Muslim)

Nah, jiper banget, yaa. Manusia sekelas Rasulullah saw yang sudah dijamin masuk surga saja masih melafadzkan istighfar setiap harinya. Lah, saya? Heuuuu....

Dalam kitab Riyadhus Sholihin bab Keutamaan Berharap kepada Allah, terdapat hadits Rasulullah saw yang berbunyi: Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah saw, bahwa ia bersabda, "Allah berfirman: 'Aku memberi hambaKu balasan sesuai dengan dugaannya terhadapKudan Aku selalu bersamanya dimanapun dia berdzikir kepadaKu, demi Allah, Allah lebih gembira dengan taubat hambaNya, daripada seseorang diantaramu yang mendapatkan kembali bekal makanannya ketika dia berada di gurun, dan siapa yang mendekatkan diri kepadaKu sejengkal, Aku akan menghampirinya sehasta dan siapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, Aku akan menghampirinya sedepa, dan siapa yang mendatangiKu berjalan kaki, Aku akan mendatanginya berlari." (Muttafaq 'alaih)

Huhuhuu, semakin malu banget ini sama Allah. Adapun taubat hukumnya wajib bagi setiap dosa. Taubatan nasuha akan terpenuhi apabila memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Orang yang bertaubat harus meninggalkan maksiat;
2. Ia harus menyesali perbuatannya;
3. Ia harus bertekad untuk tidak mengulanginya lagi selama-lamanya.
Apabila suatu dosa yang dilakukan berkaitan dengan hak orang lain, maka ia harus memenuhi hak orang yang tersakiti tersebut terlebih dahulu.

Dari sumber yang lain, dalam kitab Riyadhus Sholihin dalam hadits riwayat Abu Dawud dijelaskan,
“Barangsiapa yang terbiasa istighfar, Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kesusahannya, dan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”


Masya Allah, selain membuka pintu ampunan dari Allah, ternyata istighfar juga dapat menjadi pintu dari dikabulkannya doa-doa kita. Inilah alasan utama saya untuk membiasakan diri beristighfar terlebih dahulu sebelum memulai mendalami ilmu-ilmu lainnya dalam the jungle of knowledge. Agar diri ini terbiasa bertaubat dari dosa-dosa yang dilakukan (baik dengan ataupun tanpa disadar). Yee kannn, ngomel sama krucils apapun alasannya juga termasuk dosa, huhuu... Hal ini sebagai proses penyucian diri (tazkiyatun nafs) agar Allah ridha terhadap ikhtiar saya untuk menjadi pribadi, istri, dan ibu yang lebih baik lagi. Aamiin, yaa Allah....

Demikian uraian potluck yang saya sajikan minggu ini. Semoga dapat bermanfaat ya bagi teman-teman semua. Berikut adalah revisi peta belajar saya serta ilmu-ilmu apa saja yang saya tahu dan saya butuhkan di kemudian hari:






Referensi:
1. Riyadhus Sholihin karya Imam Abu Zakariya bin Syaraf An-Nawawi.
2. https://m.hidayatullah.com/read/2012/11/19/4456/perbanyak-istighfar-agar-mendapat-jalan-keluar.html diakses pada tanggal 20 Januari 2020 pukul 19.20 WIB.
3. https://www.youtube.com/watch?v=ikuU7JOKIfk tentang Kisah Penjual Roti dan Imam Ahmad yang diceritakan oleh Ustadz Khalid Basalamah


#janganlupabahagia #jurnalminggu1 #kelasulatulat #bundacekatan1 #buncekIIPbatch1 #institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Hal Besar Dimulai dari Langkah Kecil

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak