AGRIS = Anak Gadis amiR dan lilIS

Barusan tadi papa menelpon, ayah saya. Lucu, biasanya jarang seperti ini. Emmh, kami bicara banyak. Papa tanya tentang keadaan saya: sedang mengerjakan apa, bagaimana les bahasa saya, bagaimana studi saya. Dan saya kaget mendengarnya.

"Lagi di kantor laah, paa!"
"Iya, papa tahu, cuma..sedang apa, sayang?"
Hehe, saya merasa gugup ditanyai begini, dan saya jawab,
"Sedang di depan komputer"
"Les nya bagaimana?" duuh, papaa..kan kita setiap minggu bertemu, celetuk saya dalam hati.
"Hehe..kan udah kenaikan, pa. Tapi kemarin gak ikut ujian karena pas diklat. Jadi, mengulang deh. Emmh, banyak yang gak ngerti juga sih.."
dan, beliau tertawa mendengar jawaban saya
"Kuliahnya bagaimana? Masih kan?" duuh, papaa...lucu sekali..
"Iya, masiih, pa. Sore ini kuliah, insya Allah"
"Ujiannya kapan?"
"Hehe, udah, pa. Tapi ag kan gak ikut juga, karena kemarin sakit mata"
papa tertawa lebih kencang kali itu..dan saya memerah
"Kalau kerja sambil kuliah memang begitu, sayang, papa juga pernah ngalamin.."
...

Itu pembicaraan singkat saya dengan papa. Akhir-akhir ini kami memang terkesan beda dunia. Papa sedang ada proyek. Meski weekend, tapi beliau hampir selalu pulang larut malam, bahkan tak jarang untuk bermalam di sana. Sedangkan saya, tidak lagi berdomisili di rumah, paling tidak weekend itulah waktu saya untuk pulang. Biasanya, papa selalu minta untuk menjemput di depan gang rumah. Ya, beliau selalu meminta, meski saya selalu menolak untuk dijemput, atau bahkan sengaja mematikan ponsel untuk sekedar bisa dihubungi. Alasan saya, simpel saja, saya kasihan sama papa yang selalu menunggui saya pulang hingga tengah malam, padahal saya sudah mengantongi kunci rumah sejak SMA. Tapi mungkin papa khawatir anak gadisnya ini diculik orang. Hehe, fyi, AGRIS itu Anak Gadis amiR dan lilIS, itu nama saya, dan saya biasa membahasakan diri saya dengan "ag". Dan saat weekend itu..saya biasanya memilih untuk meluruskan otot-otot di kamar, berbaring. Atau, berkumpul bersama teman.

Minggu lalu, saya berangkat sehabis subuh ke jakarta, ada kelas baru, ada ilmu baru yang ingin saya pahami [dan ini akan berlanjut hingga tiga bulan ke depan]. Papa, membersamai saya untuk pergi ke proyeknya. Jarang-jarang seperti itu. Naik angkot bersama, mengobrol sepanjang perjalanan, juga berebut untuk saling membayari, hahaa..

Saya teringat reaksi saya sewaktu papa mengeluarkan ongkos untuk angkot, "ag aja, pa!!" sambil mendelikkan mata seperti keahlian saya sebagai penari bali dahulu, dan papa seketika tertawa melihat saya waktu itu. Saya langsung menimpali, "papa kan udah biayai ag sampai besar, sekarang gantian ya.."

Angkot berikutnya, papa langsung bilang, "kali ini papa yang bayar ya!" sambil memerhatikan saya yang kerepotan mengatur tas-tas besar dalam pangkuan. Hehe.

Saya juga teringat saat saya berada dalam awal masa susah saya, hampir setahun setengah yang lalu. Saya tidak bisa berkata-kata, hanya merengut, berpikir..dan itu terlihat oleh papa.

"Ada apa, sayang?" tanya papa.

Dan seketika itu saya menangis, menceracau sebisa saya, mencoba menjelaskan persoalan yang saya anggap berat kala itu. Papa tersenyum, menghapus air mata saya dengan tangannya, menciumi kepala saya berulang kali, dan berkata, "sabar ya, insya Allah..Allah pasti bantu agris. percaya sama Allah ya, sayang, itu kuncinya!"

Dan kenangan itu selalu terekam jelas dalam memori saya..



*Banyak waktu yang kita lewati begitu saja ya, pa. Dan itu tidak bisa berulang kembali. Semoga rahmat Allah selalu tercurah untuk papa, dunia dan akhirat. Semoga pula, Allah menyatukan kita kembali sebagai satu keluarga di jannah-Nya kelak. Kita sama-sama berjuang ya, pa! Untuk satu hal yang selalu papa lakukan akhir-akhir ini, ag bangga sama papa, terima kasih. =)

**Eh ya, terakhir..saat ini saya 'punya' tiga ayah [papa, bapa, dan bapa] dan lima ibu [mama, ibu, memeh, mama, dan ibu]. Terima kasih telah menyayangi saya dengan begitu besar. doa lainnya, biar menjadi rahasia saya denganNya.


*Diposting pertama kali pada tanggal 8 Desember 2010 di sini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Hal Besar Dimulai dari Langkah Kecil

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak