Museum Layang-Layang, Museum yang Atraktif dan Ramah Anak

Waaahh ... sudah lama sekali tidak menulis di sini. Weekend kemarin saya dan anak-anak pergi ke Museum Layang-Layang Indonesia. Tempatnya sangat homeyy sekali. Ada yang sudah pernah ke sana? Seruuuu!!!


Gambaran Umum
Museum Layang-Layang Indonesia diresmikan pada tanggal 23 Maret 2003 oleh Bapak I. Gede Ardika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kala itu. Pendiri museum ini adalah Ibu Endang Ernawati, seseorang yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985. Museum Layang-Layang Indonesia yang terletak di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan, ini termasuk dalam kategori museum pribadi yang didanai secara mandiri.


Batu peresmian Museum Layang-Layang Indonesia.


Konsep bangunan museum tidak seperti museum pada umumnya yang terdiri dari bangunan besar. Museum Layang-Layang Indonesia terdiri dari tiga bangunan museum, yaitu bangunan museum utama, serta ruang audiovisual dan galeri yang terpisah dari bangunan utama. Selain itu, museum ini dilengkapi dengan musala, toilet, dan bangunan ‘bengong’ bagi pengunjung yang ingin beristirahat sejenak di halaman museum. Halaman museum terbilang unik karena bergambar aneka layang-layang berwrna-warni yang disusun dari bebatuan.
Museum Layang-Layang Indonesia buka setiap hari kecuali hari libur nasional dari pukul 09.00 - 14.00 WIB. Tiket masuk museum ini sebesar Rp 15.000,-; baik anak-anak maupun dewasa. Biaya tiket ini sudah termasuk pemutaran video layang-layang, tur museum, serta pembuatan layang-layang.

Bangunan museum utama.

Beragam Koleksi Layang-Layang
Layang-layang yang terdapat di dalam museum ini sangat beraneka ragam, baik dari segi warna, ukuran, maupun jumlah. Jumlah layang-layang yang ada di museum ini hampir 600 buah, namun tidak semua dipamerkan. Layang-layang yang dipamerkan di dalam museum utama berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Di bagian pendopo, pengunjung dapat melihat koleksi layang-layang yang sangat besar yang dipajang di langit-langit pendopo. Beberapa di antaranya adalah layang-layang yang berbentuk delman dari Cilacap, layang-layang berbentuk burung rajawali dari Jepara, serta layang-layang berbentuk capung dan gajah buatan museum. Selain itu, terdapat dua layang-layang yang berasal dari luar Indonesia, yaitu layang-layang dari Malaysia dan layang-layang dari India.

Layangan capung yang tergantung di langit-langit pendopo.


Koleksi layang-layang dari India.

Ruang museum utama bagian depan menampilkan beragam layang-layang yang berasal dari daerah di Indonesia. Aneka ragam layangan ini sangat menarik perhatian karena para pengunjung dapat memegangnya secara langsung. Di langit-langit museum, ada layangan besar berbentuk laba-laba dan ikan. Ada pula layangan berbentuk naga dan miniatur museum.


Salah satu koleksi layang-layang di dalam bangunan museum utama.

Layang-layang yang terdapat dalam museum ini umumnya berbahan dasar parasut. Akan tetapi, di salah satu pojok ruang museum dipamerkan pula layangan organik yang berbahan dasar dedaunan, seperti Layang-Layang Daun Dadap yang berasal dari Banyuwangi, Layang-Layang Goang yang berasal dari Sumbawa, dan banyak lainnya. Pada layangan organik, rangka terbuat dari bambu dan benang terbuat dari serat nanas. Tata cara pemeliharaan layangan organik juga dijelaskan pada pojok pamer layangan organik.


Pojok pamer layangan organik.

Pada bagian belakang museum utama, terdapat berbagai koleksi layang-layang dari berbagai penjuru dunia. Ada satu etalase kecil berisi belasan layang-layang yang berukuran kecil. Layang-layang yang paling kecil berukuran 2 cm yang berasal dari Tiongkok. Ada juga layang-layang yang berbahan dasar bulu dari Swedia. Selain itu, terdapat layang-layang yang berbentuk persegi dari Korea maupun dari Jepang.


Koleksi layang-layang dari egara Turki (kiri atas) dan layang-layang dari Korea (kanan atas).


Galeri pada museum ini menyimpan koleksi layangan yang dipamerkan pada Indonesia-India Kite Exhibition tanggal 30 Mei 2018 lalu. Pameran tersebut diresmikan oleh Bapak Presiden RI (Joko Widodo) dengan Perdana Menteri India (Narendra Modi). Lukisan wayang dan layang-layang yang dipamerkan di dalam galeri bertema ‘Ramayana’ dan ‘Mahabarata’. Uniknya, di sana ada pula layangan bergambar Bapak Presiden RI dan Perdana Menteri India.
Selain layang-layang yang dipamerkan di dalam museum dan galeri, ada pula layangan kreasi yang disimpan dalam gudang. Layangan kreasi baru dipamerkan ketika ada festival layang-layang. Beragam koleksi layang-layang ini ada yang dibuat oleh pihak museum, namun ada pula yang didapatkan dari kegiatan festival layang-layang di berbagai daerah maupun mancanegara.


Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merawat layang-layang di museum ini adalah kestabilan suhu ruangan.
Layang-layang harus disimpan di suhu yang dingin dan terhindar dari matahari agar tidak menimbulkan jamur yang dapat merusak layang-layang,
ujar Bapak Dayat, salah satu Pemandu Utama museum ini. Oleh karenanya, pendingin ruangan di dalam museum harus tetap menyala dari pagi hingga sore hari. Perawatan terhadap layang-layang dilakukan secara rutin, yaitu 3-5 bulan sekali. Perawatan yang dilakukan adalah dengan membersihkan layang-layang dari debu dan sarang laba-laba, serta mengganti bagian layang-layang yang sobek.


Aktivitas Seru dalam Museum

Baru tahu kalau museum ini sangat bagus dan terawat. Aktivitasnya seru dan bisa menjadi alternatif tempat wisata,
seru Devina, salah satu pengunjung museum.
Di awal kunjungan, pengunjung museum disuguhi tontonan tentang sejarah, festival, maupun beragam jenis layang-layang yang ada Indonesia dan mancanegara di dalam ruang audiovisual. Lalu, para pengunjung dipersilahkan menuju bangunan museum utama. Di sini, pemandu museum mulai memperkenalkan beragam layang-layang yang ada.
Setelah sesi tur museum selesai, pihak museum menyuguhkan aktivitas seru untuk para pengunjung sesuai dengan kategori usia. Untuk pengunjung di bawah usia 9 tahun, ada aktivitas mewarnai dan membuat layangan sederhana dari kertas, sedangkan pengunjung berusia di atas 9 tahun dapat merakit layang-layang berbahan dasar kertas ataupun polyester serta menghiasnya dengan crayon ataupun cat akrilik. Selain dapat mengasah kemampuan motorik anak-anak, hal ini juga dilakukan pihak museum guna menambah minat dan daya tarik pengunjung untuk mengenal layang-layang lebih mendalam. Setelah layang-layang jadi, para pengunjung dapat menerbangkan layang-layang di sekitar halaman museum. Bahkan, para pemandu museum juga bisa mengajarkan pengunjung yang tidak bisa menerbangkan layang-layang. Menarik, bukan?

Devina (kiri) dan Tasya (kanan) dengan kreasi layang-layang mereka.


Kegiatan mewarnai bagi anak-anak di akhir sesi kunjungan Museum Layang-Layang Indonesia.


Ada beberapa tips yang dapat dilakukan jika teman-teman berniat untuk mengunjungi Museum Layang-Layang Indonesia, yaitu:
1. Ada baiknya teman-teman menghubungi pihak museum terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah pemandu museum, sehingga pengunjung dibatasi hingga 200 orang setiap harinya. Pada hari Senin-Jumát, museum dipenuhi oleh anak-anak sekolah. Pada akhir pekan, museum tidak terlalu banyak pengunjung;
2. Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman untuk si kecil, ya! Anak-anak sangat tertarik pada kegiatan yang diadakan oleh pihak museum, apalagi saat mereka menerbangkan layang-layang hasil kreasi mereka. Inilah tentu yang akan membuat mereka cepat haus dan lapar. Selain membuat kreasi layang-layang, aktivitas seru lainnya adalah membuat keramik, melukis payung, dan membatik;
3. Berhati-hatilah saat berjalan ataupun berlari di sekitar halaman museum karena ada beberapa jalan yang bisa menyebabkan kaki terkilir jika tidak berhati-hati. Gunakan sepatu yang nyaman, ya!

Selamat berkunjung ke Museum Layang-Layang Indonesia, teman-teman!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Hal Besar Dimulai dari Langkah Kecil

Tim Semangat Bangun Pagi