Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka

Bismillahirrahmannirrahiim..

Adakah yang sudah menonton film Joker?
Ataukah teman-teman termasuk yang mundur teratur memutuskan tidak menonton sesudah membaca review film ini bertebaran di sosial media?

Saya sudah menontonnya bersama suami. Ketika itu review filmnya belum ada. Saya pikir genre film akan seperti batman atau superhero lainnya, hanya dari sisi peran antagonis. Ternyata saya salah besar. Saya yang juga tidak membaca sinopsis atau melihat video trailernya, sempat merasa bosan di menit-menit awal ketika film diputar. Alurnya terasa lambat.

Namun, setelah saya menonton setengah durasi, apa yang kemudian saya rasakan? Lihatlah mata sendu itu! Bahkan, kesedihan itu sangat terpancar dari poster filmnya.
Iya, SEDIH ... saya merasa sedih tak berkesudahan setelah menonton film ini, meski sudah seminggu saya menontonnya.


Sumber: Cinema XXI


Happy, panggilan kesayangan ibunya kepada Joker. Nama panjangnya adalah Arthur Fleck. Ia bermimpi menjadi pelawak yang selalu bisa menghibur orang lain. Oleh karenanya, ia bekerja sebagai badut. Namun sayang, ia seringkali mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang sekitar, termasuk rekan kerjanya.

Happy merupakan anak yang diadopsi oleh ibunya yang memiliki gangguan mental. Oleh karena sering mendapat bullying secara fisik maupun verbal, Happy menderita gangguan syaraf. Ia seringkali tertawa tatkala dirinya merasa sedih, takut, tersakiti, atau lainnya. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Itulah mengapa ibunya memanggilnya Happy, karena ia selalu tertawa. Mungkin karena itu, orang-orang menganggapnya aneh. Ditengah kondisinya itu, Happy tetap berusaha untuk diterima oleh lingkungan sekitarnya. Namun, lagi-lagi ia mendapatkan perlakukan yang tidak baik.

Diakhir film, tangan saya bergetar, hati saya pilu. Apakah banyak orang-orang di luar sana yang seperti Happy?

"I just hope my death makes more cents than my life,"
tulis Happy dalam jurnalnya.

Andai saja ia tidak mendapatkan perlakuan kasar...
Andai saja ia tidak dipermalukan...
Andai saja ia didengarkan...
Andai saja ia diterima...
Sungguh, ia tidak meminta banyak. Ia hanya ingin diterima sebagai dirinya sendiri. Akan tetapi, lingkungan telah menciptakan karakter lain dalam dirinya: JOKER, yang justru menjadi pembenaran akan tindakan-tindakannya yang keji.

Dibalik tawanya,
Dibalik topengnya,
Ia sungguh pribadi yang sangat terluka.

Sehabis menonton, saya dan suami berbincang tentang film ini. Sungguh banyak hikmah yang dapat diambil, terutama jika dihubungkan dengan parenting. Kita harus mulai dengan menanamkan rasa empati pada anak-anak dimana pun ia berada, mendengarkan keluh kesah mereka dengan seksama, dan jangan sekali-kali menganggap perasaan mereka sebagai hal yang sepele. Begitupun dengan orang dewasa yang seumuran dengan kita atau yang lebih tua. Apapun itu, kita tidak pernah tahu sesulit apa kondisi orang-orang yang ada di sekitar kita. Kalau akhir-akhir ini sering menggunakan kata "Baper", sebaiknya kita mulai untuk mengubah mindset kembali. "Ih, begitu doang...baper banget!" Helloo, setiap orang boleh merasa sedih sebagaimana ia merasa senang, bukan?

Mari dekap anak-anak kita,
mari berproses menjadi lebih baik agar tidak ada joker-joker lainnya!



Note:
Film ini sarat hikmah, akan tetapi bisa menjadi justifikasi oleh jiwa-jiwa yang labil. Meski diperuntukkan bagi usia di atas 17 tahun, sangat diperlukan pembahasan mendalam oleh orang tua setelah menonton film ini.



#Writober #RBMIPJakarta #IbuProfesionalJakarta





Komentar

  1. Nicely written, beb ...

    Joaquin Phoenix himself struggle all his life after the death of his brother, River Phoenix. Begitu yang aku baca di salah satu laman.

    Aku jadi mikir, apakah saat dia perankan si Arthur Fleck ini, ada pergulatan emosi juga di dalam hatinya....

    Kembali ke obrolan kita kita beb waktu lalu, memang jaga lisan itu perlu, ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hoo..iyakah? Semoga aja dia sudah selesai dengan dirinya sendiri, ya, saat memerankan Joker ini. Iyess banget, Beb...setelah nonton tuh juga jadi lebih hati-hati kalau komentar, hoho..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak