Puasa Kepompong Pekan 2: Puasa Ngomel sama Krucils
Bismillahirrahmanirrahiim....
Pada pekan ini saya menantang diri saya untuk berpuasa ngomel terhadap dua krucils. Awalnya sempat ragu, bisa enggak, yaa...secara kan intensitas interaksi sama anak-anak ini semakin sering yaa karena saya work from home (WFH) dan anak-anak school from home (SFH). Disinilah ilmu yang sudah saya pelajari diuji. Ilmu tentang komunikasi dan manajemen emosi.
Melihat hasilnya ternyata surprise banget, masya Allah. Terus terang saya sendiri tidak menyangka dengan badge yang saya dapat. Alhamdulillah Allah mudahkan semua. Komunikasi dengan anak-anak berjalan lancar, saya juga gak ngegas, hehe. Hari ketiga saya mendapat badge "satisfactory" karena saya geleng-geleng kepala akibat ulah Askana. Askana kurang berhati-hati seharian itu. Bercanda sampai jatuh dari tempat tidur. Main petak umpet di kolong meja sampai kepalanya terbentur keras. Dan lainnya yang sampai mebuat saya mengoleskan minyak di beberapa bagian tubuhnya. Gemeshh yaa, haha.
Ada satu hal penting yang saya catat, yaitu urgensinya kita memposisikan anak-anak sesuai dengan usianya. Yesss, kadang kala kita terlalu menyamaratakan mereka dengan diri kita.
"Ishh, gitu aja gak bisa."
"Cuma gitu doang kok nangis," atau apalah.
Padahal, yaa kan mereka masih kecil. Orang tua mungkin gak merasa sakit karena memang imunnya lebih kebal. Orang tua mungkin gak merasa sedih karena memang sudah lebih bisa mengendalikan emosi. Tapi, hey, mereka ini anak-anak dengan perasaan yang rapuh. Orang tua sudah ditempa segitu lamanya, sedangkan anak-anak ini umurnya masih muda sekali. Dan saya (kemarin-kemarin) sering lupa tentang ini, huks!
Oya, ada beberapa tips yang saya pelajari dalam tahap ulat-ulat ketika menghadapi konflik (bisa dengan anak, suami, atau siapapun), yaitu poker face dan bersikap netral. Intinya hampir sama, yaitu bagaimana kita tidak langsung bereaksi ketika berhadapan dengan konflik yang tidak menyenangkan. Poker face melatih kita untuk bersikap datar, lalu mencerna konflik yang ada secara perlahan. Sikap netral tidak langsung menyalahkan orang yang berkonflik dengan kita, tapi justru melihat konflik tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Nah, seminggu kemarin, ketika anak-anak mulai menciptakan konflik, saya lebih memilih untuk melipir terlebih dahulu (bukan menghindari loh ya, tapi memberi jeda sedikit), baru kemudian dihadapi dengan perlahan. Alhamdulillah, semoga saya bisa istiqomah dalam puasa ngomel ini, hehe.
#puasa
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankedua
Pada pekan ini saya menantang diri saya untuk berpuasa ngomel terhadap dua krucils. Awalnya sempat ragu, bisa enggak, yaa...secara kan intensitas interaksi sama anak-anak ini semakin sering yaa karena saya work from home (WFH) dan anak-anak school from home (SFH). Disinilah ilmu yang sudah saya pelajari diuji. Ilmu tentang komunikasi dan manajemen emosi.
Melihat hasilnya ternyata surprise banget, masya Allah. Terus terang saya sendiri tidak menyangka dengan badge yang saya dapat. Alhamdulillah Allah mudahkan semua. Komunikasi dengan anak-anak berjalan lancar, saya juga gak ngegas, hehe. Hari ketiga saya mendapat badge "satisfactory" karena saya geleng-geleng kepala akibat ulah Askana. Askana kurang berhati-hati seharian itu. Bercanda sampai jatuh dari tempat tidur. Main petak umpet di kolong meja sampai kepalanya terbentur keras. Dan lainnya yang sampai mebuat saya mengoleskan minyak di beberapa bagian tubuhnya. Gemeshh yaa, haha.
Ada satu hal penting yang saya catat, yaitu urgensinya kita memposisikan anak-anak sesuai dengan usianya. Yesss, kadang kala kita terlalu menyamaratakan mereka dengan diri kita.
"Ishh, gitu aja gak bisa."
"Cuma gitu doang kok nangis," atau apalah.
Padahal, yaa kan mereka masih kecil. Orang tua mungkin gak merasa sakit karena memang imunnya lebih kebal. Orang tua mungkin gak merasa sedih karena memang sudah lebih bisa mengendalikan emosi. Tapi, hey, mereka ini anak-anak dengan perasaan yang rapuh. Orang tua sudah ditempa segitu lamanya, sedangkan anak-anak ini umurnya masih muda sekali. Dan saya (kemarin-kemarin) sering lupa tentang ini, huks!
Oya, ada beberapa tips yang saya pelajari dalam tahap ulat-ulat ketika menghadapi konflik (bisa dengan anak, suami, atau siapapun), yaitu poker face dan bersikap netral. Intinya hampir sama, yaitu bagaimana kita tidak langsung bereaksi ketika berhadapan dengan konflik yang tidak menyenangkan. Poker face melatih kita untuk bersikap datar, lalu mencerna konflik yang ada secara perlahan. Sikap netral tidak langsung menyalahkan orang yang berkonflik dengan kita, tapi justru melihat konflik tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Nah, seminggu kemarin, ketika anak-anak mulai menciptakan konflik, saya lebih memilih untuk melipir terlebih dahulu (bukan menghindari loh ya, tapi memberi jeda sedikit), baru kemudian dihadapi dengan perlahan. Alhamdulillah, semoga saya bisa istiqomah dalam puasa ngomel ini, hehe.
#puasa
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankedua
Komentar
Posting Komentar