Puasa Kepompong Pekan 1: Puasa Ngomel sama Ayah
Bismillahirrahmanirrahiim....
Wohoo, semakin terkejut-kejut saya memasuki tahap kepompong. Di tahap kepompong ini ada dua tantangan yang diberikan oleh Ibu Septi. Pertama, tantangan mingguan berupa puasa dari hal-hal yang mengganggu peta belajar kita. Jurnalnya adalah jurnal mingguan yang ditulis ketika break puasa. Kedua, tantangan 30 hari untuk menguatkan topik/aktivitas dalam peta belajar. Tantangan 30 hari ini ditulis setiap hari. Pada tantangan 30 hari, saya ingin menguatkan praktik kreasi di dapur dengan menyajikan makanan yang halal dan thayyib dalam waktu maksimal satu jam. Untuk tantangan 30 hari saya menggunakan platform FB saya, teman-teman bisa lihat di sini, ya.
Untuk tantangan mingguan, saya memilih untuk menuiskannya di blog ini. Pekan pertama, saya memilih untuk puasa menahan amarah jika si Ayah sulit untuk bangun pagi. Hehe. Mungkin karena latar belakang pengasuhan yang berbeda ya antara orang tua dan mertua saya, jadi rasanya hampir setiap pagi si saya ini kesal, wakakakk. Saya terbiasa tidur lebih cepat dan bangun lebih cepat, sedangkan si ayah terbiasa bergadang dan bangun agak siang atau setelah shalat subuh habis itu tidur lagi bablas sampai siang. Sebenarnya sih pengen banget enggak perduli, ya, tapi kadang hal ini juga berpengaruh ke pengasuhan anak-anak. Gimanalah anak-anak mau terbiasa bangun pagi jikalau orang tuanya juga tidak terbiasa bangun pagi. Heuheuu! Ehhemmm, jadi saya emang hampir selalu jungkir balik bangunin 3 orang di rumah, huhuu. Yang kadang bikin cemberut juga karena saya kehilangan waktu quality time kami mengingat ayah yang selalu pulang mendekati jam cinderella (si Bunda mah jelas udah ke alam mimpi, wong rutinitas paginya udah mulai jam setengah empat).
Oke, balik lagi ke puasa, ya. Mengubah sifat orang itu suliiiitt, maka saya memutuskan mengubah diri saya terlebih dahulu dengan puasa ngomel sama Ayah kalau Ayah susah bangun di pagi hari, hehe. For thing to change, I must change first.
Kriteria badge puasa saya pekan ini adalah:
NEED IMPROVEMENT >> jika saya cemberut atau ngomel pada Ayah kalau Ayah susah bangun di pagi hari;
SATISFACTORY >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah meski sedikit lebih siang;
VERY GOOD >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah di waktu adzan subuh;
EXCELLENT >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah dan Ayah membuat menunjukkan perubahan positif.
Inilah badge yang saya peroleh dalam pekan ini:
Jadi, tiga hari terakhir itu saya selalu bilang, "Ayah, yuk bangun, udah subuh. Bunda shalat fajar dulu, ya!" Habis wudhu, si Ayah pun sempat menunggu saya beberapa waktu menyelesaikan shalat fajar, lalu kemudian kami shalat berjamaah bersama. Di hari Kamis (puasa terakhir), ayah malah tidak lagi menunggu, tapi ikut menunaikan shalat fajar. Alhamdulillah, ya Allah! Semogaaa saya bisa istiqamah gak ngomel sama ayah tentang perkara ini, hehe...
#puasa
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekanpertama
Wohoo, semakin terkejut-kejut saya memasuki tahap kepompong. Di tahap kepompong ini ada dua tantangan yang diberikan oleh Ibu Septi. Pertama, tantangan mingguan berupa puasa dari hal-hal yang mengganggu peta belajar kita. Jurnalnya adalah jurnal mingguan yang ditulis ketika break puasa. Kedua, tantangan 30 hari untuk menguatkan topik/aktivitas dalam peta belajar. Tantangan 30 hari ini ditulis setiap hari. Pada tantangan 30 hari, saya ingin menguatkan praktik kreasi di dapur dengan menyajikan makanan yang halal dan thayyib dalam waktu maksimal satu jam. Untuk tantangan 30 hari saya menggunakan platform FB saya, teman-teman bisa lihat di sini, ya.
Untuk tantangan mingguan, saya memilih untuk menuiskannya di blog ini. Pekan pertama, saya memilih untuk puasa menahan amarah jika si Ayah sulit untuk bangun pagi. Hehe. Mungkin karena latar belakang pengasuhan yang berbeda ya antara orang tua dan mertua saya, jadi rasanya hampir setiap pagi si saya ini kesal, wakakakk. Saya terbiasa tidur lebih cepat dan bangun lebih cepat, sedangkan si ayah terbiasa bergadang dan bangun agak siang atau setelah shalat subuh habis itu tidur lagi bablas sampai siang. Sebenarnya sih pengen banget enggak perduli, ya, tapi kadang hal ini juga berpengaruh ke pengasuhan anak-anak. Gimanalah anak-anak mau terbiasa bangun pagi jikalau orang tuanya juga tidak terbiasa bangun pagi. Heuheuu! Ehhemmm, jadi saya emang hampir selalu jungkir balik bangunin 3 orang di rumah, huhuu. Yang kadang bikin cemberut juga karena saya kehilangan waktu quality time kami mengingat ayah yang selalu pulang mendekati jam cinderella (si Bunda mah jelas udah ke alam mimpi, wong rutinitas paginya udah mulai jam setengah empat).
Oke, balik lagi ke puasa, ya. Mengubah sifat orang itu suliiiitt, maka saya memutuskan mengubah diri saya terlebih dahulu dengan puasa ngomel sama Ayah kalau Ayah susah bangun di pagi hari, hehe. For thing to change, I must change first.
Kriteria badge puasa saya pekan ini adalah:
NEED IMPROVEMENT >> jika saya cemberut atau ngomel pada Ayah kalau Ayah susah bangun di pagi hari;
SATISFACTORY >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah meski sedikit lebih siang;
VERY GOOD >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah di waktu adzan subuh;
EXCELLENT >> jika saya tidak cemberut/ngomel saat membangunkan Ayah dan Ayah membuat menunjukkan perubahan positif.
Inilah badge yang saya peroleh dalam pekan ini:
Jadi, tiga hari terakhir itu saya selalu bilang, "Ayah, yuk bangun, udah subuh. Bunda shalat fajar dulu, ya!" Habis wudhu, si Ayah pun sempat menunggu saya beberapa waktu menyelesaikan shalat fajar, lalu kemudian kami shalat berjamaah bersama. Di hari Kamis (puasa terakhir), ayah malah tidak lagi menunggu, tapi ikut menunaikan shalat fajar. Alhamdulillah, ya Allah! Semogaaa saya bisa istiqamah gak ngomel sama ayah tentang perkara ini, hehe...
#puasa
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekanpertama
Komentar
Posting Komentar