Camping dan Komunikasi Interpersonal
Bismillahirrahmanirrahiim....
Oh sungguh, bermain di kelas Bunda Cekatan ini penuh dengan kejutan! Di saat kami para ulat sedang asyik menikmati makanan di hutan belantara, justru pada minggu ini Ibu Septi memberikan aturan main yang berbeda. Apakah itu?
Para ulat diminta untuk melambatkan speed mengunyah dan rehat sejenak di camping ground! Tengok ulat-ulat di sekitar, saling sapa. Sempat terpikir, “Ibu, ihh ... orang lagi semangat-semangatnya, ngapain diminta camping dulu?” Ternyata, permainan minggu justru erat kaitannya untuk membangun karakter para ibu pembelajar di kelas Bunda Cekatan. Ruh permainan di minggu ini adalah melatih rasa empati. Ketika kita sudah menyerap banyak ilmu, jangan sampai kita jumawa. Kita terlalu asyik sendiri, sehingga lupa akan keadaan teman-teman kita. Apakah mereka juga kenyang seperti halnya kita? Apakah mereka juga bahagia seperti halnya kita yang memakan banyak makanan? Atau, ada diantara mereka yang belum melahap makanan sama sekali?
Tantangan minggu ini adalah kami diminta untuk mencari minimal lima teman yang belum dikenal dan berasal dari regional yang berbeda untuk saling mengenal lebih dalam mengenai kelas favoritnya. Bukan hanya itu, ternyata kami pun diminta untuk memberikan solusi apabila teman baru kami mengalami kendala dalam kelas belajar.
Rupanya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi teman-teman yang kurang memiliki kemampuan interpersonal untuk bergaul dengan lingkungan baru. Saya pribadi tidak mengalami hal itu. Akan tetapi, tantangan yang saya hadapi adalah dengan banyaknya chat yang membrudul, hahaa ... enggak banyak-banyak banget, sih, sebenarnya, tapi lumayan bikin pusing buat saya yang enggak begitu suka online ngelihatin hp. Beberapa teman di K3B kurang nyaman dengan teknik perkenalan yang asal todong form, hingga akhirnya kami pun membahas komunikasi interpersonal ini. Yeayy, ada tambahan ilmu baru! *bonus, karena pekan ini seharusnya jatah komunikasi dengan anak (yang masih jadi PR saya untuk mengulasnya di blog, hehe)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Apa sih komunikasi interpersonal? Komunikasi interpersonal adalah suatu komunikasi antar dua orang atau lebih yang tidak direncanakan secara formal. Setelah berdiskusi panjang kali lebar selama beberapa hari tentang komunikasi interpersonal, dapat saya simpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu:
1. Citra Diri
Dalam memasuki lingkungan baru, sebaiknya kita memperkenalkan diri kita terlebih dahulu. Tidak perlu lengkap berikut gelar, luas tanah, jumlah rumah, dan sebagainya, tapi cukup memperkenalkan info penting terkait hal yang akan kita bahas sebagai pembuka saja.
2. Adab Komunikasi
Meski dikejar deadline tugas, alangkah baiknya komunikasi yang dibangun tetap memerhatikan adab. Hal ini berdasarkan ketidaknyamanan beberapa teman K3B karena langsung ditodong form isian, yang mungkin akan lebih baik jika ada sedikit pendekatan emosional di awal perkenalan. Misalnya, "Berkenaan dengan tugas Bunda Cekatan, saya mau mengenal Mbak lebih dekat, apa boleh?" Ketika mendapat jawaban positif, barulah kita mulai mengobservasi. Kalau yang terjadi pada teman-teman K3B, ujung-ujungnya malah tidak ditanggapi. Padahal, seperti yang telah saya singgung sebelumnya bahwa tantangan minggu ini adalah untuk melatih empati kita terhadap sesama. Dari kejadian ini terbukti bahwa lagi-lagi komunikasi tidak ditekankan pada apa yang kita sampaikan saja, namun juga apa yang ditangkap oleh lawan bicara kita. Jangan lupa berikan feedback ketika lawan bicara merespon kita dengan baik. Sebagai penutup, kita bisa berikan harapan kita akan jalinan komunikasi yang baru terbentuk. Dengan demikian, komunikasi akan menjadi lebih hangat dan nyaman.
KELAS FAVORIT
Pada dua minggu pertama, saya berusaha untuk diet kepo. Meskipun peta belajar saya "On Time di Dunia, Bahagia di Akhirat", tapiii setelah diurai, rupanya saya perlu dulu untuk tuntas berkomunikasi agar waktu saya lebih produktif. Ya bayangin dong kalau kerjaan saya merepet terus gak kelar-kelar, wassalam deh semua agenda. Jadi, sampai saat ini K3B (Kita Keluarga Komunikasi Bahagia) masih menjadi keluarga favorit saya. Hal yang dirasakan mulai ada perubahan dalam diri saya berkenaan dengan komunikasi adalah komunikasi dengan pasangan dan komunikasi dengan anak (dimana saya terus melatih seni mendengar saya).
Saat camping, saya berkesempatan untuk berkenalan lebih dekat dengan 13 ibu pembelajar. Awal mula perkenalan, ada yang saya pilih secara random via FB Grup Institut Ibu Profesional, ada juga yang tetiba menghubungi saya (bahkan tiga orang diantaranya adalah orang yang telah saya kenal). Teknik berkenalan pun berbeda-beda. Ada yang langsung todong form isian, ada yang mengalir bagaikan air, ada juga yang malu-malu hingga akhirnya saya yang memulai menghangat terlebih dahulu. Saya pribadi lebih sreg jika proses perkenalan berjalan dengan memperhatikan adab berkomunikasi (ya secara kan dua minggu sudah mendalami ilmu komunikasi ya, harus praktik, dong, hehe). Hal ini sejalan dengan apa yang saya catat dari wejangan Ibu Septi,
Grafik Kelas Favorit dari 13 Responden (source pembuatan grafik: https://beam.venngage.com/)
Dari 13 responden, hanya ada beberapa yang kesulitan mengikuti alur chat yang membrudul seperti saya. Terlepas dari itu, banyak hal yang saya pelajari dan tentu hati saya menghangat karena berkenalan dengan teman-teman. Ada yang memiliki motivasi yang luar biasa untuk menjadi sebaik-baik umat yang belajar dan mengajarkan Al-Quran. Ada yang kian bersyukur karena mendengar konflik anggota keluarga lainnya. Ada yang teknik pembelajarannya dalam keluarga sangat seru (audi dan challenge go-live untuk setiap anggota keluarga). Bahkan, ada yang justru memberikan pandangan pada saya untuk menambahkan tahapan belajar saya. Jadi, kalau sebelumnya tahapan belajar saya adalah: komunikasi (suami, anak) >> manajemen emosi (konflik, marah) >> manajemen waktu; maka sepertinya saya harus berkunjung terlebih dahulu ke keluarga Bermain bersama Anak setelah menuntaskan manajemen emosi. Kenapa hal itu penting? Karena peta belajar saya ada aktivitas having fun with krucils yang tentu akan sangat seru sekali apabila kegiatan bermain anak-anak menjadi lebih terencana. Masya Allah, waktu belajar semakin sempit tapi justru semakin banyak yang harus dipelajari, hehe. Semangattt!!
#janganlupabahagia #jurnalminggu5 #materi5 #kelasulat #bundacekatan #bundacekatanbatch1 #buncekIIP #institutibuprofesional
Oh sungguh, bermain di kelas Bunda Cekatan ini penuh dengan kejutan! Di saat kami para ulat sedang asyik menikmati makanan di hutan belantara, justru pada minggu ini Ibu Septi memberikan aturan main yang berbeda. Apakah itu?
Para ulat diminta untuk melambatkan speed mengunyah dan rehat sejenak di camping ground! Tengok ulat-ulat di sekitar, saling sapa. Sempat terpikir, “Ibu, ihh ... orang lagi semangat-semangatnya, ngapain diminta camping dulu?” Ternyata, permainan minggu justru erat kaitannya untuk membangun karakter para ibu pembelajar di kelas Bunda Cekatan. Ruh permainan di minggu ini adalah melatih rasa empati. Ketika kita sudah menyerap banyak ilmu, jangan sampai kita jumawa. Kita terlalu asyik sendiri, sehingga lupa akan keadaan teman-teman kita. Apakah mereka juga kenyang seperti halnya kita? Apakah mereka juga bahagia seperti halnya kita yang memakan banyak makanan? Atau, ada diantara mereka yang belum melahap makanan sama sekali?
Tantangan minggu ini adalah kami diminta untuk mencari minimal lima teman yang belum dikenal dan berasal dari regional yang berbeda untuk saling mengenal lebih dalam mengenai kelas favoritnya. Bukan hanya itu, ternyata kami pun diminta untuk memberikan solusi apabila teman baru kami mengalami kendala dalam kelas belajar.
Rupanya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi teman-teman yang kurang memiliki kemampuan interpersonal untuk bergaul dengan lingkungan baru. Saya pribadi tidak mengalami hal itu. Akan tetapi, tantangan yang saya hadapi adalah dengan banyaknya chat yang membrudul, hahaa ... enggak banyak-banyak banget, sih, sebenarnya, tapi lumayan bikin pusing buat saya yang enggak begitu suka online ngelihatin hp. Beberapa teman di K3B kurang nyaman dengan teknik perkenalan yang asal todong form, hingga akhirnya kami pun membahas komunikasi interpersonal ini. Yeayy, ada tambahan ilmu baru! *bonus, karena pekan ini seharusnya jatah komunikasi dengan anak (yang masih jadi PR saya untuk mengulasnya di blog, hehe)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Apa sih komunikasi interpersonal? Komunikasi interpersonal adalah suatu komunikasi antar dua orang atau lebih yang tidak direncanakan secara formal. Setelah berdiskusi panjang kali lebar selama beberapa hari tentang komunikasi interpersonal, dapat saya simpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu:
1. Citra Diri
Dalam memasuki lingkungan baru, sebaiknya kita memperkenalkan diri kita terlebih dahulu. Tidak perlu lengkap berikut gelar, luas tanah, jumlah rumah, dan sebagainya, tapi cukup memperkenalkan info penting terkait hal yang akan kita bahas sebagai pembuka saja.
2. Adab Komunikasi
Meski dikejar deadline tugas, alangkah baiknya komunikasi yang dibangun tetap memerhatikan adab. Hal ini berdasarkan ketidaknyamanan beberapa teman K3B karena langsung ditodong form isian, yang mungkin akan lebih baik jika ada sedikit pendekatan emosional di awal perkenalan. Misalnya, "Berkenaan dengan tugas Bunda Cekatan, saya mau mengenal Mbak lebih dekat, apa boleh?" Ketika mendapat jawaban positif, barulah kita mulai mengobservasi. Kalau yang terjadi pada teman-teman K3B, ujung-ujungnya malah tidak ditanggapi. Padahal, seperti yang telah saya singgung sebelumnya bahwa tantangan minggu ini adalah untuk melatih empati kita terhadap sesama. Dari kejadian ini terbukti bahwa lagi-lagi komunikasi tidak ditekankan pada apa yang kita sampaikan saja, namun juga apa yang ditangkap oleh lawan bicara kita. Jangan lupa berikan feedback ketika lawan bicara merespon kita dengan baik. Sebagai penutup, kita bisa berikan harapan kita akan jalinan komunikasi yang baru terbentuk. Dengan demikian, komunikasi akan menjadi lebih hangat dan nyaman.
KELAS FAVORIT
Pada dua minggu pertama, saya berusaha untuk diet kepo. Meskipun peta belajar saya "On Time di Dunia, Bahagia di Akhirat", tapiii setelah diurai, rupanya saya perlu dulu untuk tuntas berkomunikasi agar waktu saya lebih produktif. Ya bayangin dong kalau kerjaan saya merepet terus gak kelar-kelar, wassalam deh semua agenda. Jadi, sampai saat ini K3B (Kita Keluarga Komunikasi Bahagia) masih menjadi keluarga favorit saya. Hal yang dirasakan mulai ada perubahan dalam diri saya berkenaan dengan komunikasi adalah komunikasi dengan pasangan dan komunikasi dengan anak (dimana saya terus melatih seni mendengar saya).
Saat camping, saya berkesempatan untuk berkenalan lebih dekat dengan 13 ibu pembelajar. Awal mula perkenalan, ada yang saya pilih secara random via FB Grup Institut Ibu Profesional, ada juga yang tetiba menghubungi saya (bahkan tiga orang diantaranya adalah orang yang telah saya kenal). Teknik berkenalan pun berbeda-beda. Ada yang langsung todong form isian, ada yang mengalir bagaikan air, ada juga yang malu-malu hingga akhirnya saya yang memulai menghangat terlebih dahulu. Saya pribadi lebih sreg jika proses perkenalan berjalan dengan memperhatikan adab berkomunikasi (ya secara kan dua minggu sudah mendalami ilmu komunikasi ya, harus praktik, dong, hehe). Hal ini sejalan dengan apa yang saya catat dari wejangan Ibu Septi,
“Maka, teman-teman akan merasakan, bagaimana ketika kita beradab dengan baik, maka ilmu itu akan tercurahkan dengan baik....”
Grafik Kelas Favorit dari 13 Responden (source pembuatan grafik: https://beam.venngage.com/)
Dari 13 responden, hanya ada beberapa yang kesulitan mengikuti alur chat yang membrudul seperti saya. Terlepas dari itu, banyak hal yang saya pelajari dan tentu hati saya menghangat karena berkenalan dengan teman-teman. Ada yang memiliki motivasi yang luar biasa untuk menjadi sebaik-baik umat yang belajar dan mengajarkan Al-Quran. Ada yang kian bersyukur karena mendengar konflik anggota keluarga lainnya. Ada yang teknik pembelajarannya dalam keluarga sangat seru (audi dan challenge go-live untuk setiap anggota keluarga). Bahkan, ada yang justru memberikan pandangan pada saya untuk menambahkan tahapan belajar saya. Jadi, kalau sebelumnya tahapan belajar saya adalah: komunikasi (suami, anak) >> manajemen emosi (konflik, marah) >> manajemen waktu; maka sepertinya saya harus berkunjung terlebih dahulu ke keluarga Bermain bersama Anak setelah menuntaskan manajemen emosi. Kenapa hal itu penting? Karena peta belajar saya ada aktivitas having fun with krucils yang tentu akan sangat seru sekali apabila kegiatan bermain anak-anak menjadi lebih terencana. Masya Allah, waktu belajar semakin sempit tapi justru semakin banyak yang harus dipelajari, hehe. Semangattt!!
#janganlupabahagia #jurnalminggu5 #materi5 #kelasulat #bundacekatan #bundacekatanbatch1 #buncekIIP #institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar