Komunikasi Produktif dengan Pasangan (Bagian 1)

Bismillahirrahmanirrahiim....

Tantangan minggu ini di kelas Bunda Cekatan adalah kami diminta untuk menemukan keluarga kami yang satu visi dalam topik besar yang ingin kami dalami. Hemmh, saya agak bingung nih awalnya. Tema besar saya adalah "On Time di Dunia, Bahagia di Akhirat" yang kemudian membuat saya untuk bertemu dengan keluarga manajemen waktu. Akan tetapi, setelah saya bergabung di dalam keluarga itu, saya semakin galaauu. Terpikir bahwa seharusnya saya perlu mendalami topik lainnya terlebih dahulu. Kendala waktu yang saya alami bukanlah karena saya belum bisa memenej waktu dengan baik, namun seringkali ritme saya kurang harmonis dengan ritme waktu anggota keluarga lainnya, yang berujung pada 'merepet' panjang tak berkesudahan, wakakak. Setelah melalui proses perenungan, akhirnya saya memutuskan untuk begabung dengan keluarga komunikasi terlebih dahulu karena salah satu aktivitas yang ingin saya dalami dalam peta belajar saya diantaranya adalah membangunkan anak-anak dan suami lebih pagi. Dengan komunikasi yang lebih baik, in sya Allah nantinya kandang waktu saya pun menjadi lebih baik.

Senang rasanya ketika bergabung dengan teman-teman yang memiliki tujuan yang sama, namun lagi-lagi komunikasi menjadi tantangan dalam family gathering (famgath) keluarga kami. Hal ini dikarenakan jadwal online masing-masing anggota keluarga berbeda. Selain itu, ada beberapa orang yang memang belum aktif (terlihat dari data keluarga yang belum juga diisi, padahal ini sudah hari terakhir dalam pengumpulan jurnal). Hemmh, mungkin para ibu ini memiliki masalah komunikasi dengan orang (lingkungan) baru, yaa, jadi masih malu-malu buat berkomunikasi.

Nama keluarga kami adalah K3B (Kita Keluarga Komunikasi Bahagia). Pada family gathering, kami membahas banyak hal. Mulai dari bahasan komunikasi saat di kelas Bunda Sayang, berbagai macam penghambat komunikasi, komunikasi produktif dengan anak (termasuk di dalamnya saat anak tantrum), komunikasi dengan pasangan (terutama yang menjalani LDM), hingga tips menjembatani komunikasi anak dengan sang ayah yang bekerja di luar kota. Wuaah, banyak bahasan ternyata membuat saya sedikit oleng, wakakakakk. Saya agak kesulitan karena terlalu banyak informasi yang didapat, namun semua itu tidak mendalam. Menclok-menclok bahasnya.

Tugas kali ini cukup menantang. Bukan seperti minggu sebelumnya yang menantang kemampuan diri sendiri, tapi tantangan minggu ini justru dalam menyatukan banyak ide di setiap anggota keluarga. Selain membahas topik dalam famgath, masing-masing keluarga juga diberi kesempatan dalam unjuk gigi untuk go-live via FB Group. Nah loh, apa ini yang mau dibahas oleh K3B? Alhamdulillah, Mbak Yani bersedia untuk mewakili K3B dengan tema Mari Bicara karena Kita Satu Suara yang akan mengangkat topik "7 Tips Komunikasi yang Membahagiakan bagi Suami Istri". Kenapa mengangkat topik ini? Karena inilah ternyata kebanyakan permasalahan yang dirasakan para anggota keluarga, termasuk saya, hehe. Sayangnya, terkait materi go-live ini belum dibahas secara detail, sehingga saya pun kesulitan memetakan kemana arah hubungan si K3B ini (eaaa...).

Ada beberapa hal penting yang saya catat dari famgath K3B, salah satunya adalah pentingnya mengenal watak dan karakter manusia menurut dr. Aisya Dahlan. Nah, jadi, kalau mau berkomunikasi yang baik dengan suami, kita juga harus mengenal watak dan karakter suami dulu, ya. Laki-laki itu memang sudah fitrahnya bicara sedikit, jangan dipaksa menanggapi ocehan kita yang panjang lebar. Jangannn dipaksaa karena gak akan bisa, wakakakk. Nanti malah kitanya (kita? Saya kali, ah...) capek sendiri.




Dengan memahami watak, maka kita akan dengan mudah untuk mencari celah kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi. Hal kedua yang perlu dilakukan adalah pahami tanggapan dan respon suami ketika berkomunikasi. Misalnya, saat sudah ada sinyal akan terjadinya adu pendapat, sebaiknya istri mengalah dan menetralisir keadaan, bukan malah mendebat suami (meskipun istri berada dalam posisi yang benar). Barulah setelah kondisi lebih tenang atau di lain kesempatan, istri menyampaikan pendapatnya (bisa sambil quality time bersama) dengan maksud tidak untuk memaksakan kehendak. Hal terakhir yang tidak bisa dianggap remeh adalah dengan menjaga selalu kehangatan dalam berkomunikasi, seperti bilang "i love you" atau "i miss you" saat sedang berjauhan maupun bersebelahan. Hemmh, sepertinya ini yang sudah mulai jarang dilakukan karena terkikis rutinitas, hoho.

Bahasan menarik lainnya adalah adanya enam prinsip komunikasi menurut Al-Qur'an, yaitu:
1. Qaulan Sadidan: pembicaraan yang jujur/to the point (QS. Al-Ahzab:70)
2. Qaulan Balighan: komunikasi efektif (tepat sasaran) (QS. An-Nisa:63)
3. Qaulan ma'rufan: pembicaraan yang bermanfaat dan solutif (QS. An-Nisa:5)
4. Qaulan kariman: kata-kata yang membesarkan hati (bijaksana) (QS. Al-Isra:23)
5. Qaulan layyinan: pembicaraan yang lemah lembut (QS. Thaahaa:44)
6. Qaulan maysuran: kata-kata yang mudah dicerna (QS. Al-Isra:28)

Masya Allah, sebenarnya sudah dijembrengin ya di Al-Qur'an masalah komunikasi produktif ini. Huhuu, jadi malu banget ini karena sudah setua ini tapi kok ya gak fahim-fahim. Bahasan komunikasi produktif dengan pasangan ini panjaangg banget ya kayak nyerocosnya para mamak-mamak wakakakk, in sya Allah di lain kesempatan saya akan kupas tuntas lagi, ya, mengingat saya pun masih membutuhkan asupan makanan akan hal ini.


Referensi:
1. Kapita Selekta Komunikasi, Pendekatan Budaya dan Agama, Drs. Ujang Saefullah, M.Si.
2. Diskusi grup K3B, Kelas Bunda Cekatan, Institut Ibu Profesional


#janganlupabahagia #jurnalminggu3 #materi3 #kelasulat #bundacekatan #bundacekatanbatch1 #buncekIIP #institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka