Pengalaman Belajar Kreativitas di IIP

Setelah t10h level 8 selesai, kami ternyata dijadwalkan untuk libur cawu. Di satu sisi, saya merasa senang karena bisa rehat sejenak, tapi di sisi lainnya ada tantangan tersendiri bagi saya, yaitu membangun semangat belajar kembali pasca liburan. Berbeda dengan metode pembelajaran sebelumnya, perkuliahan pasca liburan cawu ini justru berhasil membangkitkan semangat saya dengan mudahnya. Kenapa demikian? Selama ini, hampir setiap diskusi tentang materi perkuliahan saya selalu absen karena diskusi dilakukan pada malam hari, bersamaan dengan waktu saya membersamai anak-anak bermain hingga mereka tertidur. Alhasil, saya selalu membaca diskusi di keesokan harinya atau bahkan baru membaca materi ataupun diskusi seminggu kemudian saat akan mengerjakan t10h 😀 hahaa, ketahuan dehh yaa.. 😜

Namun, saya begitu terkejut saat membaca materi level 9 ini. Materi disuguhkan dalam bentuk yang berbeda, menjadikannya tidak monoton dan lebih interaktif. Tidak begitu banyak tulisan yang harus dicerna, tapi pesan yang ingin disampaikan dapat terbaca. Saya (dan mungkin ibu-ibu lainnya) diajak berpikir dan merenungi kembali tentang wujud kreativitas dalam keluarga kami. Keesokan harinya, tibalah waktu diskusi tentang materi. Seperti biasa, saya hanya melihat notifikasi chat wa tanpa hadir di kelas. Namun, rasa penasaran saya meningkat saat melihat notifikasi para fasilitator mengirimkan beberapa gambar dalam grup wa. Loohh, kenapa ada banyak gambar? Segera setelah si bungsu tidur, saya langsung 'hadir' di kelas. Rupanya para fasilitator sedang mengasah kreativitas kami dengan memberikan pertanyaan melalui gambar-gambar, bahkan ada tantangan menghubungkan sembilan titik dengan tiga garis--yang hingga kini saya pun belum menemukan jawabannya, hihii. Keseruan diskusi di kelas juga berdampak pada Askana. Oleh karena saya menghadiri kelas diskusi malam itu, jadilah jam tidur Askana pun terganggu. Saya mengajaknya ikut bermain mengasah kreativitasnya, yaitu dengan memintanya menghubungkan sembilan titik. Bingo! Askana justru terlihat senang menghubungkan titik-titik tersebut dengan berbagai bentuk gambar, hehe..

Di akhir diskusi, ada pertanyaan yang cukup membuat saya merenung: kira-kira, apa yang membuat orang tua menghambat kreativitas anaknya?
Hingga akhir diskusi, ada tiga jawaban terkumpul:
1) Tidak mau repot;
2) Terlalu memedulikan pandangan orang lain; dan
3) Tidak sabar.

Tiga jawaban ini bagaikan mewakili diri saya (ya iyaa dua diantaranya dari sayaa 😢), yang kemudian membuat saya berazzam untuk lebih baik lagi, in sya Allah. Diskusi mengenai kreativitas ini membuat saya teringat akan salah satu metode pembelajaran yang menitikberatkan pada perkembangan anak-anak, yaitu montessori. Metode montessori ini dikembangkan oleh seorang pendidik dari Italia yang bernama Dr. Maria Montessori.  Metode montessori mengedepankan kreativitas anak dengan batasan informasi yang minim dari fasilitatornya (bisa orang tua ataupun guru). Metode montessori menitikberatkan pengajaran pada lima bidang utama, yaitu: kemampuan berbahasa, konsep matematika, budaya, sensorik, dan kehidupan sehari-hari. Dari kelima bidang itulah juga, kreativitas anak dapat terasah. Hemmh, jadi semakin penasaran dan perlu 'nyangkul' lebih dalam ini agaknya saya. Hehe.. 😅

Bukan orangtua yang akan menumbuhkan kreativitas anak karena sejatinya anak-anak telah terlahir dengan kreativitas yang unik, tapi yang terpenting adalah bagaimana orangtua mengasah kreativitas itu. Dan juga bukan anak yang harus mengikuti keinginan orang tua, tapi orang tualah yang harus menghargai keinginan anak-anak dan karya mereka. Kalau mau kreativitas anak-anak terasah, berarti saya harus punya stok sabar yang banyak, harus mau repot, dan percaya diri dengan kreativitas anak (meskipun out of the box) selama berada di jalur yang benar. Wallahu'alam..

=================
Review metode pembelajaran:
- Materi dan metode diskusi sangat baik, tidak monoton, dan lebih interaktif
- Waktu dimulainya diskusi terlalu malam, sehingga lama diskusi menjadi terbatas (meskipun sebenarnya sudah lebih lama dari biasanya, hehe 😜)
- Ada beberapa pertanyaan yang tidak dijawab atau diberi simpulan, misal seperti jawaban cara menghubungkan kesembilan titik dan kesimpulan faktor apa saja yang menghambat kreativitas anak (atau memang sengaja dibiarkan begitu agar peserta perkuliahan mengembangkannya sesuai nalar?)


📚 Sumber bacaan:
E-book Menumbuhkan Kreativitas Anak Usia Dini, Kreshna Aditya, 2017

Diskusi Kelas Kreativitas Bunda Sayang Ibu Profesional, bersama Fasilitator Rindu Rahmiasih dan Henifa Andriana, 2017

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Metode_Montessori

https://www.google.com/amp/s/id.theasianparent.com/metode-montessori-paud/amp/

Hasil Perenungan tentang Kreativitas di dalam Keluarga Hari Chairul Damanik, 2017

#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
#thinkcreative

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka