Cerpen Perdana: Dibayar Tunai pada Waktu Terbaik


Waahh, sudah lamaaa sekali sebenarnya saya ingin posting tulisan ini. Jadii, pada bulan Juni lalu, RB Menulis IIP Jakarta mengadakan tantangan menulis cerpen tentang kisah Ramadhan. Alhamdulillah mbak Fitri Restiana (blogger, penulis) bersedia dengan senang hati menjadi juri untuk memilih cerpen terfavorit. Sayangnya, mungkin karena bertepatan pada bulan Ramadhan, tidak banyak para member RB Menulis yang berpartisipasi. Sayapun akhirnya memberanikan diri untuk menulis, meski lewat dari batas waktu. Alhamdulillah cerpen saya masih diterima, meskipun tidak terpilih menjadi cerpen terfavorit, hehe..

==================== 


Dibayar Tunai pada Waktu Terbaik
Penulis Dwiagris Tiffania



"Bundaaaa
Alhamdulillah"

Saya membaca pesan dua baris kalimat itu, dan seketika bersujud syukur dengan air mata yang tak lagi kuasa saya bendung. Ya Allah, syukur tak terhingga atas rahmatMu.. Saat itu suami saya memberitahu bahwa ia berhasil mendapatkan Special Recognition Award bagi dua belas orang terbaik seluruh Indonesia. Masya Allah, tabarakallah, suamiku.. 

Saya ingat betul dua hari sebelumnya saya menangis mengadu pada suami tentang kedzaliman yang saya alami. "Itu uang Bunda, Ayah.. Kenapa dia ambil? Empat ratus ribu itu lumayan untuk menambah tabungan Bunda, Bunda ingin umrah sama Ayah.." adu saya sambil gemetaran menahan amarah. Suami saya mencoba menenangkan saya dan berkata, "Bunda ingat apa yang pernah Bu Septi bilang? Rezeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari. Ikhlaskan ya, Bunda. Kalau rezeki Bunda segitu, ya Allah pasti akan memenuhinya dari arah manapun..in sya Allah..". Lagi, lelaki ini selalu bisa menarik saya untuk kembali menapaki bumi. Astaghfirullah, "Iya, Ayah.." lirih saya sambil mencoba menghapus air mata yang terlanjur jatuh pagi itu. "Sekarang, Bunda tolong doakan Ayah ya. Ayah dapat undangan sebagai nominee Special Recognition Award. Kalau menang, in sya Allah hadiahnya satu paket haji/umrah. Kalau dapat, ayah mau tukar jadi dua paket umrah saja, biar kita sama-sama berangkat, in sya Allah.." katanya menghibur saya. "In sya Allah, Ayah.." jawab saya penuh harap kala itu.

Dan ternyata malam ini Allah ijabah doa kami. Bukan satu paket, namun dua paket haji/umrah. Masya Allah, Allah betul-betul menggantinya dengan yang lebih baik. 

Oleh karena kewajiban berhaji saya sudah gugur tahun 2011 lalu dan suami sedang dalam proses menunggu untuk berangkat haji, jadilah kami memilih untuk umrah di bulan Ramadhan ini. 

Hari-hari berikutnya saat awal Ramadhan tiba kami mulai sibuk mempersiapkan dokumen administrasi ataupun perbekalan. H-2 minggu keberangkatan, perpanjangan paspor, suntik meningitis, maupun pengurusan cuti alhamdulillah telah tuntas dilaksanakan. Tantangan yang kami hadapi kemudian adalah bagaimana menyiapkan mental anak-anak kami untuk melepas kepergian kami. Sempat terbersit, saya akan menggunakan alasan dinas kerja untuk mendapatkan restu anak-anak, tapi rasanya itu tidak sesuai dengan hati nurani saya. Saya paling tidak bisa berkata bohong, juga kepada anak-anak. Di awal, Askana, anak sulung saya yang berusia empat tahun, menolak tegas rencana kepergian saya. Ia menangis. Atau di lain waktu, ia justru merengek meminta ikut. Pun sama halnya dengan anak saya yang kedua. Meski usianya baru satu tahun, tapi ketika saya memberitahukan rencana umrah ini, Adia menangis sejadi-jadinya. Ia belum bisa bicara, tapi ia mengerti dengan cukup baik. Hari demi hari saya lewati dengan memberikan afirmasi positif kepada anak-anak. Saya berikan alasan logis kenapa mereka belum bisa ikut serta dalam perjalanan kali ini dan juga bagaimana menyenangkannya liburan mereka nanti bersama Aki dan Nini di Bogor. Berulang-ulang saya mengangkat topik itu dan memberi pengertian, hingga akhirnya seminggu kemudian pemahaman itu terbentuk. Askana dan Adia mulai menerima atas rencana umrah kami. Mereka tidak lagi menangis atau merajuk, tp justru tersenyum. Saat saya meminta izin kembali, Askana berkata "Bunda, Kakak Kana mau belajar umrah dulu sama Nini di Bogor. Nanti kalau Kakak sudah pintar, kita berangkat umrah bersama ya, Bunda! Kakak Kana mau berangkat umrah bersama Ayah, Bunda, dan dedek.." haru rasanya mendengar jawaban itu. Subhanallah, Mahasuci Allah yang telah memberikan pemahaman yang baik kepada mereka.. 

Hari keberangkatan itu semakin dekat. Saya dan suami bersepakat untuk menitipkan anak-anak di Bogor, bersama orangtua saya. Selain pakaian, saya pun membekali mereka dengan berbagai mainan dan buku-buku bacaan. Setelahnya, barulah kami dapat leluasa melengkapi kembali check list perbekalan umrah. Alhamdulillah tidak ada kendala, koper pun kami setorkan kepada travel sesuai jadwal, yaitu H-1 keberangkatan.

11.50 WIB, itulah flight kami untuk bertolak ke Jeddah, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah. Dalam perjalanan menuju Madinah, saya melihat tangis itu jatuh ke pipinya, tangannya menggenggam erat jemari saya. Ini adalah kali pertama suami saya menginjak kota Madinah. Dzikir dan doa-doa pun kami lantunkan sepanjang perjalanan. 


Madinah, kota yang penuh berkah, berpenduduk ramah. Konon katanya, apapun yang ditanam di Madinah akan tumbuh dengan subur, bahkan tanahnya pun dapat menjadi obat bagi penderita penyakit kulit. Masya Allah.. Dua hari kami berkesempatan mengunjungi kota Nabiyullah Muhammad saw itu, sangat terasa singkat. Setelahnya, kami bertolak menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dan itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan di Masjidil Haram.

Labbaikallahumma umratan, kami memenuhi panggilanMu, wahai Allah..



Perjalanan awal ke kota Mekkah dimulai dengan umrah yang mengambil miqat di Bir Ali. Qadarallah, pada hari kedua di Madinah ternyata saya kedatangan tamu istimewa, jadilah saat itu saya menangguhkan thawaf hingga kembali bersuci. Larangan ihram pun berlaku berhari-hari.

Saya sempat sedih dan iri lebih tepatnya melihat suami saya rutin mengunjungi Masjidil Haram untuk beribadah. Saya bahkan sempat menangis, tapi kemudian suami justru menguatkan hati saya. Mengajari saya kembali tentang ikhlas. "Bunda, Allah yang mengundang kita ke sini, dan Allah juga yang menetapkan takdir Bunda kedatangan tamu bulanan. In sya Allah ada hikmahnya, Sayang.." begitu katanya memupuk semangat saya kembali. Alhamdulillah saya dapat menuntaskan rangkaian ibadah umrah saya lima hari setelahnya.

Memasuki malam kedua puluh enam saya mulai beribadah di Masjidil Haram. Sungguh pengalaman yang luar biasa, saya dapat beritikaf di Masjidil Haram, masya Allah.. Saya teringat, dulu..ketika thawaf wada pada tahun 2011, saya terisak tiada henti, berat rasanya meninggalkan kota Mekkah. Dan ternyata sekarang Allah membalas dengan keadaan yang lebih baik, saya kembali ke Baitullah bersama suami di waktu terbaik. Satu hal lagi, apa hikmah yang saya rasakan ketika saya kedatangan tamu bulanan? Justru saat itulah Allah memberikan saya waktu untuk menabung ASI (air susu ibu) bagi Adia, anak kedua saya. Atas izin Allah, di waktu itulah produksi ASI saya cukup melimpah, sehingga saya dapat membawa buah tangan terbaik untuk anak saya.

Dan, semoga Allah kembali meridhai saya dan keluarga untuk mengunjungi Baitullah kembali di waktu terbaik menurutNya, in sya Allah..

 =================

Berikut review dari Mbak Fitri:
Tulisan keempat peserta ini semuanya keren. Ceritanya mengalir dan runut. Gaya bahasanya juga luwes alias tak kaku. Saya sukaaa.. 😍😍

Tapi tetap saja ada masukan di beberapa bagian. Ini diantaranya :
1.  Silahkan munculkan dialog agar pembaca tidak bosan dan cukup nyaman.
2. Berusahalah meminimalisir typo (kesalahan penulisan)
3. Gunakan diksi yang cantik, manis dan mempesona. Uhuk..😉
4. Sangat baik memunculkan satu atau dua landasan pemikiran.
5. Ending memang tak harus selalu mengharu biru, ada juga yang terkesan belum berhasil bahkan cenderung mendekati 'gagal'. Tapi ketika penulis menuliskan proses, maka sebuah tulisan akan mempunyai nilai yang lebih tinggi.

Intinya mah, kalian luaaarrr  biasyaah. Semua IIP Jakarta kereen pisaan.

Menurut saya, semua tulisan layak menjadi juara. Bagaimana tidak? Di sela kerempongan, beliau2 ini masih mengalokasikan waktu untuk menulis. Itu keren kuadrat, looo. Hehehe..

Well, dengan mengucap bismillah, bersama ini saya nyatakan bahwa tulisan yang memenuhi syarat menjadi tulisan favorit adalaaaaaaah.... jreng.. jreeeng.... jreeeng...."Cerita Ramadhan Bersama Bayi dan Balita" oleh Mbak Shally Voltaya..!  *tebar bunga 😍😍








Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka