SMART Goals "Kebiasaan Bangun Siang pada Anak-anak"

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Perjalanan pembelajaran di dua pekan ini adalah menentukan goals tim, sumber daya, dan milestone. Goals atau tujuan tim ditetapkan dengan metode SMART. Apakah SMART? SMART merupakan kepanjangan dari specific, measurable, achievable, relevant, dan timebound. Tujuan yang baik haruslah spesifik, dapat terukur, tidak muluk-muluk/dapat dicapai, relevan dengan pertumbuhan anggota tim (bermanfaat bagi anggota tim), serta memiliki tenggang waktu.

Pada sesi diskusi dua pekan lalu, saya sempat bertanya kepada Bu Septi, bagaimana jika target tim kami adalah anak-anak, apakah tujuan juga harus measurable bagi anggota tim padahal ada anggota tim yang belum menikah? Jawaban ibu, iya. Manfaat dari project ini harus dirasakan oleh seluruh anggota tim terlebih dahulu sebelum dirasakan oleh orang lain. Hal ini bertujuan agar tim mendapatkan formula solusi yang baik dari hasil pengalaman anggota tim tersebut, jadi tidak hanya sebatas teori saja. Yasshh!!

Sebelum menetapkan goals, akhirnya saya memberanikan diri untuk open communication di dalam grup. Untuk apa? Agar diskusi dalam tim semakin efektif. Saya juga gak repot mesti japri terus satu-satu untuk minta tanggapan, hehe. Ini sesuai arahan Ibu Septi, rupanya ibu mendengar banyak cerita terkait komunikasi dalam tim yang kurang lancar. Hehe, tahu aja, Buuu! Yess, ini tantangannya kalau anggota tim bukan keluarga dan dari luar kelas Bunda Salihah, ya. Dari diskusi terbuka dua pekan lalu, akhirnya dua orang anggota tim saya memutuskan untuk keluar kembali. Hukss, sedih, tapi..saya juga tidak bisa memaksa mereka untuk tetap tinggal di dalam grup karena semua berhak merdeka dalam menentukan pilihannya. Setelah kondisi grup 'mulai sehat', saya membagikan kembali golden rules dan exit procedure yang sudah direvisi dalam tim. Alhamdulillah, semua sepakat.

Berikut SMART goals yang kami tetapkan untuk permasalahan "Kebiasaan Bangun Siang pada Anak-anak":


Yihaa, seru banget ini ngomongin goals dan milestone tim. Bongkar pasang, gaes! Dari yang awalnya durasi pembelajaran hanya enam bulan, hingga akhirnya memanjang jadi lima belas bulan, hoho. Benar banget deh Ibu Septi, semakin dalam analisa problem statement malah semakin dirasa perlu mempelajari banyak hal, hahaa. Sabar, ya ... sabar! Pelan-pelan yuk kita pelajari satu-satu. Jangan buru-buru, nanti ngos-ngosan sendiri, wakakakk. 

Adapun milestone tim kami adalah sebagai berikut:


Loh, kok, yang dipelajari malah macam-macam? Yes, ternyata setelah menyelami masalah dan bedah referensi dari buku dan artikel, rupanya inilah milestone yang kami butuhkan. Selain pengasuhan orang tua, kebiasaan bangun siang itu rupanya juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada tentang sadar berkegiatan (mindfulness), pola komunikasi, pola rutinitas makan malam, teknik pernapasan, ritual sebelum tidur, serta pola tidur yang baik. Oleh karenanya, milestone yang kami tetapkan juga meliputi keseluruhan faktor tersebut. Jadilah yaa, durasi pembelajarannya memang panjang. Kalau kata Ibu Septi, idealnya memang butuh waktu 3 bulan untuk satu pembiasaan yang baru. Akan tetapi, kami coba mengelaborasikan kembali durasi setiap milestone berdasarkan pengalaman dan kebutuhan anggota tim. Berdasarkan SMART Goals di atas, selain milestone terkait pembelajaran, kami juga menetapkan milestone platform portofolio yang akan kami gunakan nanti di bulan ke-7. 

Durasi pembelajaran tim kami sudah pasti akan melewati durasi perkuliahan kelas Bunda Salihah. Harapan saya, tentu tim ini bisa konsisten untuk terus belajar dan menebar manfaat luas nantinya. Bukan hanya terbatas di masalah "Kebiasaan Bangun Siang pada Anak-anak" saja, tapi juga akan mendalami masalah lainnya. Ahh, can't wait! Semoga Allah mudahkan langkah kami...


#smartgoalsdansumberdaya
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka