One Bite at a Time: Telur Oranye yang Membuat Bahagia

Bismillahirrahmanirrahiim....

Hmmm, ada hal menarik dari pernyataan Ibu Septi pada materi perkuliahan minggu ini, yaitu:
"Tidak semua hal yang membuat kita bahagia harus dipelajari dalam satu waktu karena hal tersebut akan menjadikan kita stress dalam kebahagiaan."

'Stress dalam kebahagiaan'? Lucu, ya. Saya baru dengar istilah ini, tapi setelah mencerna sepertinya istilah ini bukanlah hal yang asing bagi saya. Saking semangatnya, terkadang kita belajar banyak hal. Ingin mencoba banyak hal baru yang mengasyikkan. Namun, justru itu memberikan beban bagi diri kita sendiri. Stress dalam kebahagian dapat terjadi ketika kita tidak dapat menentukan skala prioritas. Kita banyak belajar, tapi tidak pernah tuntas.

Di Kelas Bubda Cekatan ini, value yang diusung adalah merdeka belajar dan belajar dengan merdeka. Kami dibebaskan untuk belajar apapun sesuai dengan yang kami butuhkan. Awal mula saya agak bingung dengan metode pembelajaran mandiri ini karena sudah terbiasa 'disuapi', hehe, tapi kemudian justru di sini tantangan dan keseruannya.

Setelah minggu lalu kami diminta untuk menetapkan telur merah (baca postingan saya di sini), kali ini kami diminta untuk menemukan telur oranye. Telur oranye adalah ilmu-ilmu yang akan menguatkan telur merah, sehingga menambah kebahagiaan telur hijau. Hihii, semoga enggak pusing, ya, sama istilah-istilah ini. Nah, sebelum menemukan telur oranye, ada tahapan yang penting sekali dilakukan, yaitu menemukan 'strong why'dari beragam keterampilan yang ingin kita kuasai di telur merah, lalu kemudian ilmu yang diperlukan serta sumber ilmunya. Setelah itu, menentukan bagaimana cara belajar yang sesuai dengan diri kami masing-masing. Berikut telaahan telur merah saya:



1. Manajemen Emosi
Manajemen emosi atau manajemen konflik ini sangat penting bagi saya agar saya tahan banting dalam menghadapi banyak tantangan di rumah tangga, baik setika sedang berhadapan dengan krucils yang rewel ataupun permintaan suami ketika sedang kelelahan. Harapan setelah saya menguasai keterampilan ini adalah diri ini dapat lebih tenang, enggak selalu mengeluh atau ngomel-ngomel hoho. Pegel kann ngomel terus, wakakakk.

2. Komunikasi Efektif
Keterampilan kedua yang ingin saya kuasai adalah berkomunikasi efektif dengan anak-anak, suami, dan tentu orang lain. Bagi saya, komunikasi mengambil porsi yang cukup besar dalam menyelesaikan setiap tantangan dalam keluarga.

3. Mendengarkan dan Menyimak
Baru-baru ini tersadar kalau Askana suka marah ketika saya menyelesaikan kalimatnya yang masih menggantung. Sama halnya kayak kita kali, ya, 'perempuan itu kadang hanya butuh didengarkan", hehe. Terus jadi kepikiran, apa jangan-jangan selama ini saya hanya melihat tentang pencapaian diri saya saja (baru fokus ke simpati, bukan empati). Jadi, menurut saya penting sekali saya melatih diri saya dalam mendengar dan menyimak dengan tuntas, baru kemudian mencari solusi.

4. Membaca dan Menulis
Keterampilan ini menunjang kebahagiaan saya dalam belajar dan menulis hal yang bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, keterampilan ini juga penting dikuasai terkait dengan gaya belajar saya, yaitu mencatat di buku. Jadi, materi yang bentuknya audio dan video pun rupanya akan lebih efektif bagi saya kalau dicatat kembali, hoho.

5. Manajemen Waktu
Keterampilan mengelola waktu ini ternyata dibutuhkan hampir di dalam semua aktivitas. Terus terang memang manajemen waktu saya masih sangat berantakan. Jam online sesukanya, main sesukanya, masak sesukanya, hehe. Alhamdulillahnya punya suami gak suka protes kalau saya gak masak karena kebanyakan main sama anak-anak.


Dari hasil telaahan terhadap telur merah saya di atas, saya menetapkan ada tiga ilmu yang penting dan mendesak untuk saya gali dalam beberapa waktu ke depan. Kenapa hanya tiga? Ini berkaitan dengan pernyataan yang Ibu Septi sampaikan di atas, bahwa tidak semua harus kita kuasai di satu waktu. One bite at a time, perlahan asal mendalam. Inilah telur oranye saya:



1. Ilmu Syukur
Ilmu syukur, teorinya sederhana tapi praktiknya sangat sulit. Syukur adalah dimana kita selalu berterima kasih atas karunia dan nikmat dari Allah. Ketika anak-anak tidak lelah beraktivitas, kita tidak serta merta menyuruh mereka diam, tapi seharusnya bersyukur karena mereka aktif bereksplorasi. Ketika suami minta dilayani (misal dibuatkan makanan) saat kita lelah, kita tidak mengeluh dan malah bersyukur karena itulah salah satu amalan yang dapat membuka pintu surga. Masya Allah, semoga Allah selalu memudahkan langah saya untuk mengamalkan ilmu syukur ini karena janji Allah dalam QS. Ibrahim ayat 7, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

2. Ilmu Sabar
Allah berfirman, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya." (QS. Al-Baqarah: 45-46). Sudah jelas termaktub dalam Al-Quran bahwa sabar adalah ilmu yang harus dimiliki seorang muslim. Bagi seorang istri dan ibu, tentu ilmu ini juga sangat penting dalam berinteraksi dengan anak dan suami, agar semua tantangan dihadapi dengan senyuman.

3. Kandang Waktu
Kandang waktu maksudnya mengalokasikan waktu yang kita punya agar lebih produktif. Berhubung saya adalah ibu yang bekerja di ranah publik, tentu kandang waktu yang saya buat juga menyesuaikan jam kantor. Terus terang saya belum bisa berani untuk membuat kandang waktu yang ketat, hehe..khawatir enggak kecapai nanti malah stress sendiri, kan?! Dalam kandang waktu ini juga saya akan berusaha menerapkan cut off time. Jadi, ketika dalam jadwal waktu tertentu pekerjaan saya belum selesai terselesaikan, maka saya akan menyudahinya atau melanjutkannya dengan mengurasi porsi waktu di kegiatan berikutnya. Hmmm, deg-degan menerapkan ini. Untuk sementara, berikut kandang waktu yang akan saya coba terapkan dalam beberapa waktu ke depan:
03.00 - 04.00 WIB: Bangun tidur, quality time dengan Allah, serta me-time (aktivitas personal)
04.00 - 04.30 WIB: Membangunkan suami, quality time dengan suami
04.30 - 05.00 WIB: Membangunkan anak-anak, shalat subuh berjamaah, dan mengaji
05.00 - 05.45 WIB: Aktivitas di bagian dapur (memasak, mencuci piring)
05.45 - 06.00 WIB: Mandi dan bersiap untuk ke kantor
06.00 - 06.30 WIB: Mempersiapkan kebutuhan anak-anak dan suami
06.30 - 08.00 WIB: Berangkat bareng dari rumah, quality time bersama Askana di sekolahnya, dan perjalanan menuju kantor
08.00 - 17.00 WIB: Bekerja di kantor
17.00 - 18.30 WIB: Menjemput Adia, quality time bersama Adia, dan perjalanan ke rumah Oppung untuk menjemput Askana
18.30 - 19.30 WIB: Di rumah Oppung
19.30 - 20.00 WIB: Perjalanan pulang ke rumah bersama anak-anak
20.00 - 21.00 WIB: Waktu bermain dengan anak-anak
21.00 - 21.30 WIB: Persiapan untuk tidur (ganti baju, gosok gigi, bercerita sebelum tidur)
21.30 - 22.00 WIB: Me-time
22.00 - 03.00 WIB: Tidur
Untuk kandang waktu pada hari Sabtu dan Minggu tentu akan menyesuaikan karena saya lebih punya banyak waktu bersama anak-anak. Selain itu, ada aktivitas rutin yang sudah berjalan, seperti di hari Sabtu (07.30 - 09.30 WIB) saya ada kegiatan tahsin, sedangkan di hari Minggu (07.00 - 11.00 WIB) kami sekeluarga ada kelas berenang.

Yoshh, bersemangat sekali untuk belajar dan mengimplementasikan semua ilmu ini dengan bahagia! Bismillah....


Referensi:
https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-bersyukur.html diakses tanggal 7 Januari 2020.
https://almanhaj.or.id/3782-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-menjadikan-shalat-untuk-mengadu-kepada-allah.html diakses tanggal 7 Januari 2020.


#janganlupabahagia #jurnalminggu3 #materi3 #kelastelurtelur #bundacekatan1 #institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka