Serupa tapi Tak Sama
Masih ingat pertanyaan saya di postingan sebelumnya?
"Apa kaitannya gaya belajar orangtua dengan gaya belajar anak?"
Akhirnya, saya pun melempar pertanyaan itu ke WAG Kelas Bunda Sayang. Alhamdulillah banyak sekali teman-teman yang menanggapi. Diskusi di whatsapp group pun semakin seru, yeay! Tapi satu yang saya sayangkan, tidak ada komentar atau opini apapun dari tim fasilitator--yang pada akhirnya menurut saya pertanyaan ini belum juga mendapat jawaban yang utuh, huhuu.. =(
Nah, titik terang bermula dari Mbak Reni yang sharing tentang pengaruh gaya belajar orang tua terhadap gaya belajar anak. Jadi ternyata, kemungkinan karena si Ibu dominan akan gaya belajar tertentu yang juga diterapkan sehari-hari menjadikan si Anak turut beradaptasi dengan gaya belajar tersebut. Opini lain, Mbak Weni juga berpendapat bahwa gaya belajar anak yang dominan juga mungkin dipengaruhi stimulus yang diberikan si Ibu. Selain itu, ternyata ada juga pengalaman dari Mbak Febry, bayinya yang berumur 2 bulan dipijat oleh bidan dan coba ditelaah gaya belajarnya. Kata si Bidan, rupanya stimulus yang diberikan Ibu kepada bayi saat dalam kandungan juga akan mempengaruhi gaya belajarnya. Dari sini terbaca yaa..gak heran kalau gaya belajar anak sama dengan gaya belajar ibunya, binggo!! Gak heran kalau 'titik-koma' saya menjadi 'titik-koma' Askana, karena saya selalu menggunakan intonasi ketika berbicara dengan Askana sejak ia bayi. Dan menjadi masuk akal kalau kebanyakan orang bilang wajah Askana mirip dengan ayahnya, tapii justru ayahnya selalu bilang kalau "Kana itu Bunda banget!', hehe...tentu itu juga karena keahliannya meniru gerak-gerik saya.
Teruuss, pertanyaan lanjutan saya adalah..apabila si anak sudah dapat dipetakan dominan di gaya belajar A, lalu apakah sebaiknya stimulus dilakukan untuk mengeksplor gaya belajar A saja? Ataukah sebaiknya juga diberikan stimulus gaya belajar yang lainnya?
#tantangan10hari #level4 #gayabelajaranak #kuliahbunsayiip
"Apa kaitannya gaya belajar orangtua dengan gaya belajar anak?"
Akhirnya, saya pun melempar pertanyaan itu ke WAG Kelas Bunda Sayang. Alhamdulillah banyak sekali teman-teman yang menanggapi. Diskusi di whatsapp group pun semakin seru, yeay! Tapi satu yang saya sayangkan, tidak ada komentar atau opini apapun dari tim fasilitator--yang pada akhirnya menurut saya pertanyaan ini belum juga mendapat jawaban yang utuh, huhuu.. =(
Nah, titik terang bermula dari Mbak Reni yang sharing tentang pengaruh gaya belajar orang tua terhadap gaya belajar anak. Jadi ternyata, kemungkinan karena si Ibu dominan akan gaya belajar tertentu yang juga diterapkan sehari-hari menjadikan si Anak turut beradaptasi dengan gaya belajar tersebut. Opini lain, Mbak Weni juga berpendapat bahwa gaya belajar anak yang dominan juga mungkin dipengaruhi stimulus yang diberikan si Ibu. Selain itu, ternyata ada juga pengalaman dari Mbak Febry, bayinya yang berumur 2 bulan dipijat oleh bidan dan coba ditelaah gaya belajarnya. Kata si Bidan, rupanya stimulus yang diberikan Ibu kepada bayi saat dalam kandungan juga akan mempengaruhi gaya belajarnya. Dari sini terbaca yaa..gak heran kalau gaya belajar anak sama dengan gaya belajar ibunya, binggo!! Gak heran kalau 'titik-koma' saya menjadi 'titik-koma' Askana, karena saya selalu menggunakan intonasi ketika berbicara dengan Askana sejak ia bayi. Dan menjadi masuk akal kalau kebanyakan orang bilang wajah Askana mirip dengan ayahnya, tapii justru ayahnya selalu bilang kalau "Kana itu Bunda banget!', hehe...tentu itu juga karena keahliannya meniru gerak-gerik saya.
Teruuss, pertanyaan lanjutan saya adalah..apabila si anak sudah dapat dipetakan dominan di gaya belajar A, lalu apakah sebaiknya stimulus dilakukan untuk mengeksplor gaya belajar A saja? Ataukah sebaiknya juga diberikan stimulus gaya belajar yang lainnya?
#tantangan10hari #level4 #gayabelajaranak #kuliahbunsayiip
Komentar
Posting Komentar