Understanding Our Problem: Kebiasaan Bangun Siang pada Anak-anak

Bismillahirrahmaanirrahiim....

Pekan ini minggu yang sibuukkk, hahaa. Pada pekan ini kami diminta untuk menyelami masalah kembali. Eh, kok, gak selesai-selesai ngulik masalahnya? Ternyata oh ternyata, baru banget kerasa jelas ini apa aja akar masalahnya setelah melakukan metode starbursting

Starbursting adalah suatu teknik menyelami masalah dengan cara mengumpulkan berbagai pertanyaan 5W1H (WHAT, WHO, WHEN, WHERE, WHY, dan HOW). Setiap komponen 5W1H terdiri dari minimal tiga pertanyaan. Khusus WHY, setiap pertanyaan akan memiliki lima pertanyaan turunan. Kenapa menyelesaikan masalah dengan pertanyaan? Karena kata Bu Septi, dengan bertanya ... daya kreativitas dan imajinasi kita semakin berkembang. Selain itu, orang yang bertanya juga sebenarnya sudah dipastikan dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Terus terang, pekan ini saya agak jungkir balik membangun semangat tim dan saya sendiri. Dua orang di tim saya mengundurkan diri karena harus merawat keluarga yang terpapar covid-19 dan ada agenda lainnya yang butuh konsentrasi tinggi. Komunikasi di grup juga sepi. Saya akhirnya menghubungi secara personal untuk memastikan kembali komitmen dari setiap anggota tim. Saya ingin tumbuh bersama, tapi tentu juga tidak ingin membebani teman-teman lainnya. Alhamdulillah anggota tim yang lain memutuskan tetap stay di grup. Di sisi lain, dukungan dari krucils dan si Ayah justru semakin nyata, masya Allah.. Yeay!

Setelah berdiskusi sana-sini, akhirnya diputuskan problem statement yang kami angkat adalah kebiasaan bangun siang pada anak-anak, tidak jauh berbeda dari sebelumnya, hanya saja konsentrasi masalah betul-betul diarahkan pada anak-anak. Permasalahan ini termasuk permasalahan global yang banyak dirasakan oleh anak-anak Indonesia yang juga berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat nantinya. 

Berikut analisa akar masalah yang kami selami:


Padat, ya. Monmaap ini star-nya gak ada, hehe. Untuk jawabannya juga gak bisa dituliskan di aplikasinya (eh atau si Bunda yang masih gaptek aja ini? Wakakakkk, first time bikin mind map pakai aplikasi). Alhamdulillah, si Ayah ikutan nyumbang dua pertanyaan, loh. Dari 5W1H ini baru deh kebayang apa aja yang harus dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan ini. Benar sekali apa yang dibilang Ibu Septi, "Yakin enam bulan bisa selesai?" Wakakakk, sungkem ah, Buu!

Berbagai referensi yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan ini adalah terkait ilmu teknik pernapasan, kualitas dan pola tidur yang baik, psikologi dan psikologi anak, pengasuhan orang tua untuk melatih anak mandiri, serta lainnya. Beberapa referensi yang sudah kami temukan adalah:

a. Buku "Tanyakan pada Supernanny" karya Jo Frost dari penerbit Kaifa;
b. Buku "Perkembangan Anak" karya Elisabeth B. Hurlock dari penerbit Erlangga;
c. Buku "Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan" karya Elisabeth B. Hurlock dari penerbit Erlangga;
d. Artikel "Night Terror" pada buku "250 Tanya Jawab Kesehatan Anak" karya dr. Marissa, dkk, dari penerbit Gaia;
e. Buku "500 Cara Membenahi Perilaku Anak" karya Kusumastuti dari penerbit Bhuana Ilmu Populer.

Keseluruhan buku ini sedang didalami oleh anggota tim resources development, yang nantinya akan dibedah dalam diskusi tim. Adapun beberapa narasumber yang sudah kami temui adalah:

a. Ibu Adeline Windy, instuktur Buteyko Breathing

Dari Ibu Adeline kami belajar mengenai teknik pernapasan yang baik karena teknik pernapasan sangat mempengaruhi kualitas tidur. Hal ini juga dialami oleh anak-anak. Tanpa sadar mungkin saja anak-anak terbiasa bernapas dengan mulut, bukan dengan hidung. Inilah yang juga akan mempengaruhi kualitas tidur, Untuk teknik pernapasan ini, perlu dishare ulang kepada seluruh anggota tim karena tidak semua menyimak penjelasan Ibu Adeline.

b. Ibu Sarra Risman, pakar pengasuhan anak

Ibu Sarra menjelaskan bahwa kemandirian ibarat biji, petaninya adalah orang tua, dan pupuknya adalah ilmu. Melatih kemandirian anak tidak bisa instan, butuh konsistensi dari petani dan pupuk yang mumpuni. Ibu Sarra juga mengatakan bahwa sebaiknya petani kemandirian hanya satu orang (ibu atau ayah) saja, namun support system perlu diberi pemahaman serupa, sehingga anak tidak kebingungan karena menerima perlakuan yang berbeda.

c. Abah Ihsan, pakar pengasuhan anak

Menurut Abah Ihsan, memandirikan anak tidak sama dengan mengabaikan perasaan anak. Memandirikan anak untuk bangun pagi berarti harus memerhatikan kebutuhan tidur anak, maka fokus solusinya adalah bukan semata-mata pada bangun pagi, tapi tidur di awal waktu agar kebutuhan tidur anak terpenuhi. Abah Ihsan juga memberikan beberapa tips aktivitas di malam hari agar anak dapat terlelap di awal waktu.       

Huhahh, masya Allah...daging semua, ya. Dalam prosesnya, tentu kami masih membutuhkan banyak referensi lainnya karena mind map akan selalu berkembang. Bismillah, laa hawla walaa quwwata illa billah.... 


#materi3
#memahamimasalahbersamatim
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#instituibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka