Action #1: Muliakan Diri dan Keluarga dengan Menyortir Barang
Bismillahirrahmanirrahiim....
Waahh, sudah masuk pekan keempat! Pada pekan ini kami diminta untuk check-in. Hah, apa lagi, nih? Haha, kelas Bunda Cekatan ini memang banyak kejutan. Ternyata, check-in itu seperti refleksi hubungan antara mentor dan mentee, tentang apa kami rasakan, apa yang akan kami lakukan, terlebih bagaimana kelanjutan hubungan antara mentor dan mentee. Tahapan check-in ini ternyata sangat penting untuk menjaga hubungan sehat antara mentor dan mentee. Jangan sampai hubungan tersebut justru memberikan aura negatif pada salah satu pihak. Menariknya, tahapan check-in juga bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan berumah tangga secara berkala biar kehidupan rumah tangganya sehat. Wihuuu, jadi pengen menerapkan tahapan check-in sama si Ayah, nih, hihi..
Oke, balik lagi ke kelas Bunda Cekatan, ya. Setelah melihat video dongeng Ibu Septi sebanyak tiga kali (aslii kok gak mudeng-mudeng harus ngapain, hahaa), akhirnya saya menghubungi mentor dan mentee saya untuk tahapan check-in ini.
As a Mentee
Saya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Saya ceritakan bagaimana bahagianya saya saat lamaran saya diterima oleh Mbak Fina (cerita lengkapnya ada di sini, ya). Lalu, bagaimana harapan saya akan Mbak Fina yang mau membuatkan ringkasan buku untuk saya. Hihii, bagian ini agak childish, sihh...karena saya udah berharap banget, eh gak tahunya pekan berikutnya Mbak Fina memutuskan untuk gak buat karena saya sudah punya bukunya. Hahaa. Ya, baca aja siikkk! Tapiiii, ternyata karena check-in ini akhirnya Mbak Fina berkenan membuat ringkasannya kembali, yeayyy!!!
Alhamdulillah respon Mbak Fina baik saat saya meluapkan isi hati saya. Dann syukur alhamdulillah juga Mbak Fina dengan semangat belajar saya, hihii. Mudah-mudahan saya tetap semangat hingga akhir dan enggak mengecewakan Mbak Fina. Sayang banget karena ini kesempatan langka buat belajar dari yang sudah berpengalaman, hihi. Oya, pada tahap check-in ini Mbak Fina berbagi tentang pengalamannya memulai berbenah meski tinggal di rumah mertua. Luar biasa, tantangan tersendiri ini karena ruang gerak jadi terbatas, gak bisa bebas ngapa-ngapain. Salah sedikit bisa berabe kaan, hoho. Ternyata yang dilakukan Mbak Fina adalah fokus pada diri sendiri. Mbak Fina menyortir barang-barangnya sendiri, yang kemudian memancing rasa penasaran ibu mertua Mbak Fina. Daann kebaikan itu menular. Ibu mertua Mbak Fina juga akhirnya menyortir barang-barang beliau. Bahkan, beliau ikut menitipkan barang-barang beliau yang sudah tidak dipakai lagi untuk didonasikan. Masya Allah...
Selain proses check-in, saya sudah mulai menjalankan action plan. Sesuai dengan action plan yang saya buat, pekan ini saya menyortir peralatan makan sehari-hari serta botol minum dan tempat makan yang saya gunakan sewaktu-waktu. Awalnya beraaatt banget mau mulai karena banyaakk banget dan bingung mulai dari mana. Aha, dapat inspirasi dari metode streamline, begini tahapan awalnya:
1. Semua barang dikeluarkan dari tempat penyimpanan
Semua loh, yaaa...termasuk barang yang kita pikir akan kita gunakan.
2. 'Bicara'lah pada barang tersebut
Kita bisa menanyakan beberapa hal ini,
"Apa fungsinya kamu ada di sini?"
"Apakah kamu cukup berfungsi dan memberikan kebahagiaan saat saya memakaimu? Ataukah kamu lebih baik digunakan dengan orang lain?"
"Seberapa sering kamu digunakan?"
3. Kategorikan barang-barang tersebut dalam tiga kategori, yaitu: barang yang akan kita buang, barang yang masih kita gunakan dan akan kita simpan, dan barang yang akan kita berikan kepada orang lain.
Huhuu, betul-betul momen yang menguras emosi. Kenapa? Karena banyak barang kenangan. Banyak barang yang saya dapat ketika saya menikah dan barang-barang itu selama ini hanya tersimpan rapi dalam lemari penyimpanan. Di sini saya merasa telah menelantarkan 'harga diri' barang-barang tersebut. Uhukks, sadiiss, yak! Tapi begini alur pikirnya, bukankah barang-barang itu akan lebih senang ketika memancarkan kebahagiaan bagi penggunanya layaknya diri kita yang senang ketika menebar manfaat bagi banyak orang? Maka, kemarin pun saya mencoba berdamai dengan hati memilih mana barang-barang yang akan saya gunakan dan simpan dan mana barang-barang yang akan saya keluarkan dari rumah (buang atau dipindahtangankan kepada orang lain yang lebih membutuhkan agar usia barang tersebut semakin panjang). Ini salah satu kelebihan dari streamline karena mengedepankan aspek sustainability.
Oya, ada hal lainnya yang menarik perhatian saya, yaitu bahwa metode streamline benar-benar memuliakan diri kita. Jangan pertahankan barang-barang yang rusak untuk disimpan karena masih layak digunakan, kata Francine Jay. Gunakanlah barang-barang terbaik karena makanan dan minumanmu harus dihidangkan dari tempat terbaik. Wow! Ini sesungguhnya hal kecil tapi sangat bermakna dalam: bagaimana cara memuliakan diri kita dan keluarga kita, serta orang lain. Jadii, bye..bye piring dan gelas yang sompel, botol minum yang sedotannya sudah patah, dan botol penyimpanan yang sudah gak ada tutupnya lagi! Semua barang tersebut masuk dalam kategori 'barang yang dibuang'.
Setelah menyortir, saya mulai menata peralatan makan, botol minum, dan tempat makan yang masih saya pergunakan. Dalam metode streamline, ada beberapa kategori tempat penyimpanan. Pertama, inner circle, merupakan tempat barang-barang yang paling mudah dijangkau untuk digunakan sehari-hari.
Kedua, outer circle untuk barang-barang yang digunakan lebih dari seminggu, misal seperti botol minum dan kotak makan.
Terakhir adalah deep storage, yaitu untuk barang-barang yang digunakan setahun sekali, seperti wadah makanan untuk lebaran.
Oh, tapii sungguh hidup tidak akan seru tanpa krucils yesss...dan mereka pengen donggg ikutan menata. Dua krucils minta jatah lemari penyimpanan untuk menaruh alat makan mereka masing-masing. Yaakk, mereka sudah bantu cuci-cuci peralatan makan mereka sendiri dan mengelapnya, manalah si Bunda ini tega untuk menolak, wakakakk. Akhirnyaa, bongkar pasaaangg, sodara! Tempat penyimpanan botol minum dan tempat makan dirombak menjadi tempat penyimpanan peralatan makan mereka. Letaknya di bawah agar mereka dapat dengan mudah mengambilnya sendiri. Bagian atas untuk Askana, sedangkan bagian bawah untuk Adia. Sementara itu, botol minum dan tempat makan khusus si Bunda dan Ayah pindah ke lemari bagian atas (mengambil jatah penyimpanan makanan kami).
Awalnya saya ragu dengan inisiatif krucils ini karena terus terang malah sedikit keluar jalur, hoho. Barang-barang tidak lagi disimpan berdasarkan kategori tapi berdasarkan kepemilikan. Di luar dugaan justru Mbak Fina mendukung karena dengan begitu saya bisa menularkan semangat berbenah kepada anak-anak. Hihii, semangattt, yaa!
Alhamdulillah pekan pertama action plan ini berjalan lancaaarr. Happpyyy banget lihat semua tertata rapi dan minimalis. Biasanya kalau buka lemari penyimpanan lieur karena bingung mau pilih kotak makan yang mana. Sekarang gak pake mikir ngambil kotak makanan, haha karena pilihan sudah tinggal sedikit kann..jadi lebih efisien. Sama halnya ketika buka lemari peralatan makan sehari-hari. Sekarang rasanya tenang banget, gak berjubel. Ternyata benar ya, memberikan ruang pada barang-barang kita juga sangat berdampak pada pikiran kita. Setelah konsultasi dengan Mbak Fina, katanya ini awal yang baik bagi saya karena ketenangan itu ada. Yoshh, semoga bisa bertahan yaa, bagian maintenance everyday nya ini yang mulai harus dilatih. Sekarang, tinggal bingung ini barang-barangnya mau dikasih ke siapa, hehe. Sebanyakkk ini loh barang yang masih bisa digunakan oleh orang lain:
Sudah ada rencana mau kasih beberapa barang ke Bapak pengangkut sampah dan OB di kantor. Mbak Fina juga kasih ide untuk kasih ke Yayasan Infaq Dakwah Center karena selain mereka menerima barang jenis apapun, mereka juga dapat menjemput barang tersebut ke rumah kita. Wahh, menarik! Gimana, Teman-teman, ada ide lainnya?
As a Mentor
Alhamdulillah saya juga memulai duluan tahap check-in ini dengan para mentee saya. Senang sekali mendengar mentee-mentee saya dapat menerima saya dengan baik. Mereka juga sangat semangat dalam melatih kemandirian anak. Meski memang ada juga yang terkendala, tapi semoga dengan tahapan check-in ini dapat merecharge semangat mereka kembali. Untuk pekan ini, ternyata mereka belum memulai action plan, tetapi mereka sudah membeberkan beberapa rencana di pekan depan. Wihuuu, semangaattt!
#kelaskupukupu
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankeempat
Waahh, sudah masuk pekan keempat! Pada pekan ini kami diminta untuk check-in. Hah, apa lagi, nih? Haha, kelas Bunda Cekatan ini memang banyak kejutan. Ternyata, check-in itu seperti refleksi hubungan antara mentor dan mentee, tentang apa kami rasakan, apa yang akan kami lakukan, terlebih bagaimana kelanjutan hubungan antara mentor dan mentee. Tahapan check-in ini ternyata sangat penting untuk menjaga hubungan sehat antara mentor dan mentee. Jangan sampai hubungan tersebut justru memberikan aura negatif pada salah satu pihak. Menariknya, tahapan check-in juga bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan berumah tangga secara berkala biar kehidupan rumah tangganya sehat. Wihuuu, jadi pengen menerapkan tahapan check-in sama si Ayah, nih, hihi..
Oke, balik lagi ke kelas Bunda Cekatan, ya. Setelah melihat video dongeng Ibu Septi sebanyak tiga kali (aslii kok gak mudeng-mudeng harus ngapain, hahaa), akhirnya saya menghubungi mentor dan mentee saya untuk tahapan check-in ini.
As a Mentee
Saya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Saya ceritakan bagaimana bahagianya saya saat lamaran saya diterima oleh Mbak Fina (cerita lengkapnya ada di sini, ya). Lalu, bagaimana harapan saya akan Mbak Fina yang mau membuatkan ringkasan buku untuk saya. Hihii, bagian ini agak childish, sihh...karena saya udah berharap banget, eh gak tahunya pekan berikutnya Mbak Fina memutuskan untuk gak buat karena saya sudah punya bukunya. Hahaa. Ya, baca aja siikkk! Tapiiii, ternyata karena check-in ini akhirnya Mbak Fina berkenan membuat ringkasannya kembali, yeayyy!!!
Alhamdulillah respon Mbak Fina baik saat saya meluapkan isi hati saya. Dann syukur alhamdulillah juga Mbak Fina dengan semangat belajar saya, hihii. Mudah-mudahan saya tetap semangat hingga akhir dan enggak mengecewakan Mbak Fina. Sayang banget karena ini kesempatan langka buat belajar dari yang sudah berpengalaman, hihi. Oya, pada tahap check-in ini Mbak Fina berbagi tentang pengalamannya memulai berbenah meski tinggal di rumah mertua. Luar biasa, tantangan tersendiri ini karena ruang gerak jadi terbatas, gak bisa bebas ngapa-ngapain. Salah sedikit bisa berabe kaan, hoho. Ternyata yang dilakukan Mbak Fina adalah fokus pada diri sendiri. Mbak Fina menyortir barang-barangnya sendiri, yang kemudian memancing rasa penasaran ibu mertua Mbak Fina. Daann kebaikan itu menular. Ibu mertua Mbak Fina juga akhirnya menyortir barang-barang beliau. Bahkan, beliau ikut menitipkan barang-barang beliau yang sudah tidak dipakai lagi untuk didonasikan. Masya Allah...
Selain proses check-in, saya sudah mulai menjalankan action plan. Sesuai dengan action plan yang saya buat, pekan ini saya menyortir peralatan makan sehari-hari serta botol minum dan tempat makan yang saya gunakan sewaktu-waktu. Awalnya beraaatt banget mau mulai karena banyaakk banget dan bingung mulai dari mana. Aha, dapat inspirasi dari metode streamline, begini tahapan awalnya:
1. Semua barang dikeluarkan dari tempat penyimpanan
Semua loh, yaaa...termasuk barang yang kita pikir akan kita gunakan.
2. 'Bicara'lah pada barang tersebut
Kita bisa menanyakan beberapa hal ini,
"Apa fungsinya kamu ada di sini?"
"Apakah kamu cukup berfungsi dan memberikan kebahagiaan saat saya memakaimu? Ataukah kamu lebih baik digunakan dengan orang lain?"
"Seberapa sering kamu digunakan?"
3. Kategorikan barang-barang tersebut dalam tiga kategori, yaitu: barang yang akan kita buang, barang yang masih kita gunakan dan akan kita simpan, dan barang yang akan kita berikan kepada orang lain.
Huhuu, betul-betul momen yang menguras emosi. Kenapa? Karena banyak barang kenangan. Banyak barang yang saya dapat ketika saya menikah dan barang-barang itu selama ini hanya tersimpan rapi dalam lemari penyimpanan. Di sini saya merasa telah menelantarkan 'harga diri' barang-barang tersebut. Uhukks, sadiiss, yak! Tapi begini alur pikirnya, bukankah barang-barang itu akan lebih senang ketika memancarkan kebahagiaan bagi penggunanya layaknya diri kita yang senang ketika menebar manfaat bagi banyak orang? Maka, kemarin pun saya mencoba berdamai dengan hati memilih mana barang-barang yang akan saya gunakan dan simpan dan mana barang-barang yang akan saya keluarkan dari rumah (buang atau dipindahtangankan kepada orang lain yang lebih membutuhkan agar usia barang tersebut semakin panjang). Ini salah satu kelebihan dari streamline karena mengedepankan aspek sustainability.
Oya, ada hal lainnya yang menarik perhatian saya, yaitu bahwa metode streamline benar-benar memuliakan diri kita. Jangan pertahankan barang-barang yang rusak untuk disimpan karena masih layak digunakan, kata Francine Jay. Gunakanlah barang-barang terbaik karena makanan dan minumanmu harus dihidangkan dari tempat terbaik. Wow! Ini sesungguhnya hal kecil tapi sangat bermakna dalam: bagaimana cara memuliakan diri kita dan keluarga kita, serta orang lain. Jadii, bye..bye piring dan gelas yang sompel, botol minum yang sedotannya sudah patah, dan botol penyimpanan yang sudah gak ada tutupnya lagi! Semua barang tersebut masuk dalam kategori 'barang yang dibuang'.
Setelah menyortir, saya mulai menata peralatan makan, botol minum, dan tempat makan yang masih saya pergunakan. Dalam metode streamline, ada beberapa kategori tempat penyimpanan. Pertama, inner circle, merupakan tempat barang-barang yang paling mudah dijangkau untuk digunakan sehari-hari.
Kedua, outer circle untuk barang-barang yang digunakan lebih dari seminggu, misal seperti botol minum dan kotak makan.
Terakhir adalah deep storage, yaitu untuk barang-barang yang digunakan setahun sekali, seperti wadah makanan untuk lebaran.
Oh, tapii sungguh hidup tidak akan seru tanpa krucils yesss...dan mereka pengen donggg ikutan menata. Dua krucils minta jatah lemari penyimpanan untuk menaruh alat makan mereka masing-masing. Yaakk, mereka sudah bantu cuci-cuci peralatan makan mereka sendiri dan mengelapnya, manalah si Bunda ini tega untuk menolak, wakakakk. Akhirnyaa, bongkar pasaaangg, sodara! Tempat penyimpanan botol minum dan tempat makan dirombak menjadi tempat penyimpanan peralatan makan mereka. Letaknya di bawah agar mereka dapat dengan mudah mengambilnya sendiri. Bagian atas untuk Askana, sedangkan bagian bawah untuk Adia. Sementara itu, botol minum dan tempat makan khusus si Bunda dan Ayah pindah ke lemari bagian atas (mengambil jatah penyimpanan makanan kami).
Awalnya saya ragu dengan inisiatif krucils ini karena terus terang malah sedikit keluar jalur, hoho. Barang-barang tidak lagi disimpan berdasarkan kategori tapi berdasarkan kepemilikan. Di luar dugaan justru Mbak Fina mendukung karena dengan begitu saya bisa menularkan semangat berbenah kepada anak-anak. Hihii, semangattt, yaa!
Alhamdulillah pekan pertama action plan ini berjalan lancaaarr. Happpyyy banget lihat semua tertata rapi dan minimalis. Biasanya kalau buka lemari penyimpanan lieur karena bingung mau pilih kotak makan yang mana. Sekarang gak pake mikir ngambil kotak makanan, haha karena pilihan sudah tinggal sedikit kann..jadi lebih efisien. Sama halnya ketika buka lemari peralatan makan sehari-hari. Sekarang rasanya tenang banget, gak berjubel. Ternyata benar ya, memberikan ruang pada barang-barang kita juga sangat berdampak pada pikiran kita. Setelah konsultasi dengan Mbak Fina, katanya ini awal yang baik bagi saya karena ketenangan itu ada. Yoshh, semoga bisa bertahan yaa, bagian maintenance everyday nya ini yang mulai harus dilatih. Sekarang, tinggal bingung ini barang-barangnya mau dikasih ke siapa, hehe. Sebanyakkk ini loh barang yang masih bisa digunakan oleh orang lain:
Sudah ada rencana mau kasih beberapa barang ke Bapak pengangkut sampah dan OB di kantor. Mbak Fina juga kasih ide untuk kasih ke Yayasan Infaq Dakwah Center karena selain mereka menerima barang jenis apapun, mereka juga dapat menjemput barang tersebut ke rumah kita. Wahh, menarik! Gimana, Teman-teman, ada ide lainnya?
As a Mentor
Alhamdulillah saya juga memulai duluan tahap check-in ini dengan para mentee saya. Senang sekali mendengar mentee-mentee saya dapat menerima saya dengan baik. Mereka juga sangat semangat dalam melatih kemandirian anak. Meski memang ada juga yang terkendala, tapi semoga dengan tahapan check-in ini dapat merecharge semangat mereka kembali. Untuk pekan ini, ternyata mereka belum memulai action plan, tetapi mereka sudah membeberkan beberapa rencana di pekan depan. Wihuuu, semangaattt!
#kelaskupukupu
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankeempat
Komentar
Posting Komentar