Asses Our Skills: Pertemuan Saudara Ideologis

Bismillahirrahmanirrahiim....

Pekan kedua ini seru! Karena mentor dan mentee saling bertemu. Bukan hanya chit-chat ya, tapi temu muka via online. Bagi saya ini membahagiakan. Rasanya seperti bertemu kawan lama, meski ada juga yang belum pernah bertemu sama sekali, loh. Istilah saudara ideologis mungkin tepat bagi kami, hehe. Sebelum tatap muka secara online, kami diminta untuk menilai kemampuan kami masing-masing, baik sebagai mentor ataupun sebagai mentee.

As a Mentee
Pada pekan ini, Mbak Fina memberikan beberapa pertanyaan untuk menganalisa kemampuan saya dalam berbenah. Beberapa pertanyaan yang diajukan Mbak Fina sebagai berikut:
1. Hal negatif yang saya rasakan ketika rumah tidak rapi;
2. Faktor apa yang membuat kerapian sulit dipertahankan;
3. Faktor yang mendukung kerapian dapat bertahan lama;
4. Goals spesifik saya dapat mentorship ini;
5. Target area/jenis barang yang akan dirapikan dalam periode mentorship ini;
6. Alasan saya memilih Mbak Fina sebagai mentor;
7. Selain konmari, metode lainnya yang sudah saya pelajari.

Alhamdulillah saya dapat merespon semua pertanyaan Mbak Fina. Dari segi keilmuan, tentu Mbak Fina di atas saya karena Mbak Fina sudah mempelajari metode konmari maupun streamline. Oya, karena pada program mentorship ini mentee diharuskan untuk mengekplor sendiri ilmu yang ingin dipelajari dan mentor hanya sebagai fasilitator yang memberikan arahan, akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku "Seni Hidup Minimalis" karya Francine Jay. Saat bertatap muka secara online pada tanggal 13 Mei 2020 lalu, saya memberitahukan hal tersebut kepada Mbak Fina. Senangnya, Mbak Fina menginfokan akan membuat ringkasan tentang buku tersebut sehingga saya dapat lebih mudah mempelajarinya. Yeayy!



As a Mentor
Tidak jauh berbeda dengan Mbak Fina, sebagai mentor saya juga memberikan beberapa pertanyaan kepada dua mentee saya. Beberapa pertanyaan saya untuk menilai kemampuan mentee saya adalah sebagai berikut:
1. Peta belajar mentee;
2. Kesesuaian topik "Kemandirian Anak" dengan peta belajar;
3. Proses pembelajaran kemandirian anak yang dilakukan oleh mentee;
4. Goals spesifik mentee;
5. Tahapan kemandirian anak yang ingin dipelajari mentee dalam program mentorship;
6. Alasan memilih saya sebagai mentor; serta
7. Urgensi kemandirian anak di mata mentee.

Ternyata, topik kemandirian anak tidak tersurat dalam peta belajar kedua mentee saya. Hoho, sempat dagdigdug tadinya karena khawatir tidak sesuai dengan peta belajar mereka. Tapi, setelah digali lebih dalam, topik kemandirian anak ini sangat mempengaruhi psikologi anak yang ingin dipelajari oleh Mbak Ezta dan sangat mendukung manajemen waktu keluarga yang didalami oleh Mbak Vivi. Alhamdulillah, enggak kena depak saya, wakakakk.

Setelah para mentee menjawab dan kami tatap muka secara online, rasanyaa luar biasaa. Tanggal 13 Mei 2020 ini kali pertama saya bertemu dengan Mbak Ezta. Masya Allah, senang sekali. Apalagi setelah Mbak Ezta menjabarkan pandangannya tentang kemandirian anak. Alhamdulillah kami satu visi. Sama halnya dengan saya dan si Ayah, Mbak Ezta juga ingin mempersiapkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri ketika orang tuanya tidak ada. Nyess rasanya karena itu pula strong why saya jungkir balik melatih kemandirian krucils, huhuu. Hasil analisa saya atas jawaban Mbak Ezta, si kecil memang memerlukan bantuan segera untuk berproses menjadi pribadi yang mandiri di usianya yang sudah lima tahun. Bisa makan sendiri, mandi sendiri, serta berpakaian sendiri. Tiga hal itu yang menjadi fokus pembelajaran Mbak Ezta dalam program mentorship ini. In sya Allah, mudah-mudahan saya bisa sharing tips-tips kemandirian anak yang telah saya terapkan kepada krucils, sehingga Mbak Ezta dapat memodifikasi sesuai dengan karakter anaknya.


Tatap muka dengan Mbak Vivi pada tanggal 14 Mei 2020 kemarin bagaikan reuni singkat. Bukan hanya saya, tapi para krucils juga kangen sekali dengan Mbak Vivi. Dua tahun belakangan memang saya beberapa kali ke rumah Mbak Vivi (dengan membawa krucils dan mainan mereka tentunya, haha) untuk menyelesaikan beberapa proyek RBM IP Jakarta. Jadnya, vidcall dengan Mbak Vivi itu penuh dengan kehebohan yang tidak bisa dihindari, haha. Masya Allah. Pada penilaian skill, saya belum bisa menganalisa kemampuan Mbak Vivi karena memang Mbak Vivi menjawab secara normatif. Mbak Vivi juga tidak menjabarkan tahapan kemandirian yang ingin dipelajari pada program mentorship ini. Mbak Vivi menyampaikan bahwa di tahap ini ingin melihat tahapan kemandirian anak apa saja yang harus dicapai berdasarkan range umur karena khawatir missed dalam melatih kemandirian anaknya. Waah, kalau begini sepertinya mengarah pada peer mentoring ini, ya, hehe. Bismillah, semoga Allah mudahkan kami semua untuk belajar.


#kelaskupukupu
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#pekankedua

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka