Menemukan Kebahagiaan: Melacak Telur Hijau
Bismillahirrahmannirrahiim...
Wah, sudah kelewat cukup lama, ya, saya enggak posting di blog. Sebenarnya sudah ada tulisan yang disimpan didraft, tapi masih belum sreg untuk launching, hehe. Sekarang, saya mau berbagi tentang pembelajaran saya di Kelas Bunda Cekatan Ibu Profesional, yeaayy! Heboh dan bersyukur banget masuk kelas ini (pastinya!) karena kelas ini sudah saya tunggu sejak setahun lalu dan ternyata dipandu langsung sama Ibu Septi, wahh....
Serunya di kelas Bunda Cekatan ini ternyata value belajar yang diusung, yaitu belajar dengan merdeka dan merdeka belajar. Berbeda dengan tahapan Matrikulasi dan Bunda Sayang yang butuh konsistensi, di tahap bunda cekatan ini justru para ibu diimbau untuk berbahagia *ahh, saya mikir tema ini aja sudah mau mewek, huhuu..
Pertanyaan saya selama ini rasanya mulai ada pencerahan dengan adanya kelas Bunda Cekatan. Percaya atau tidak, saya juga seringkali bertanya pada diri sendiri,
"Apa saya bahagia?"
"Memangnya saya bahagia menjalani hari demi hari?"
"Kalau bukan saya, lalu siapa lagi yang memikirkan kebahagiaan saya?"
Atau pertanyaan lainnya,
"Apakah anak-anak bahagia memiliki ibu seperti saya?"
"Apakah saya sudah cukup membahagiakan suami saya?"
Berbagai pertanyaan itu yang terus menggelayut di dalam benak saya, hingga akhirnya terkikis oleh rutinitas yang dikerjakan tanpa kesungguhan, "Beginilah saya, maka jalani saja hidup ini." Jadilah ternyata semua aktivitas itu berjalan biasa saja dan kemudian semua pertanyaan itu hinggap kembali di benak saya.
Mungkin orang lain berpikir ini hal sepele, "Sudah enak juga ya hidupnya...apalagi coba yang diharapkan?" Tapi tetap saja ya, masing-masing ibu adalah aktor utama dalam hidupnya dan setiap ibu juga berhak bahagia. Kebahagiaan saya belum tentu menjadi kebahagiaan ibu di samping saya, karena peran setiap orang itu berbeda.
Materi perdana dari Ibu Septi yang saya garis bawahi adalah
Pertanyaan selanjutnya: Lalu, apa yang membuat saya bahagia?
*apa yang membuat teman-teman bahagia? (nah loh, ikutan nanya biar cari teman, wakakakk)
Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, saya perlu memetakan aktivitas-aktivitas saya ke dalam empat kuadran: kuadran untuk aktivitas yang saya bisa dan saya suka, kuadran untuk aktivitas yang saya tidak bisa dan saya bisa, kuadran untuk aktivitas yang saya bisa tapi saya tidak suka, dan kuadran untuk aktivitas yang saya tidak suka dan tidak bisa.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Hihi, hayo siapa ketawain, yaa...si Bunda juga manusia ya, hehe. Ternyata, dari keseluruhan rutinitas sehari-hari, ada beberapa aktivitas yang sangat saya sukai dan saya bisa melakukannya. Dari sekian aktivitas tersebut saya perlu mencari beberapa telur hijau yang akan saya gali di tahapan pembelajaran berikutnya.
Telur Hijau
Apa artinya telur hijau? Telur hijau merupakan istilah yang digunakan oleh Ibu Septi untuk aktivitas yang menandai kekuatan-kekuatan kita. Lucunya, di kelas Bunda Cekatan ini menggunakan banyak istilah baru. Misal, untuk tahap awal kelas Bunda Cekatan dinamai dengan tahap Telur-telur. Setelah tahap Telur-telur, akan ada tahap Ulat-ulat, tahap Kepompong, dan tahap Kupu-kupu. Analoginya, para ibu (maupun calon ibu) yang mengikuti kelas Bunda Cekatan akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang sangat indah.
Kembali lagi ke bahasan telur hijau, ini dia lima aktivitas yang merupakan kekuatan saya sehingga saya bahagia menjalaninya:
1. Punya waktu yang cukup buat ibadah
Ini yang menurut saya paling penting setiap paginya. Biasanya, rutinitas pagi saya dimulai di pukul 3 pagi. Shalat malam, lanjut curhat sama Allah (suka gerung-gerungan sendiri kalau malam, ya, hehe...alhamdulillahnya yang lain masih pada tidur), lanjut lagi shalat subuh, berdoa, mengaji juga baca tafsir, berdzikir atau shalawat (sambil cuci piring) dan yang enggak kalah penting bermunajat pagi memohon Allah agar memudahkan semua aktivitas saya dan keluarga di hari itu. Nah ini, kalau ada yang kelewat, biasanya saya suka rungsing sendiri. Jadi, ibadah di pagi hari ini bagi saya ibarat balance of life.
2. Belajar
Saya suka belajar, terutama tentang kajian Islam, parenting, dan lain sebagainya. Dulu, ketika belum menikah, saya sempat ikut kajian-kajian tentang Islam. Semenjak punya anak aktivitas ini terhambat. Saya sempat sedih karena merasa ruhiyah ini kosong. Alhamdulillah beberapa bulan ini saya ikut kajian online dan merasa bersyukur sekali. Allah juga memudahkan saya untuk ikut kelas tahsin di masjid dekat rumah (dengan membawa serta anak-anak tentunya, wakakakk). Pembelajaran parenting juga saya ikuti melalui perkuliahan Ibu Profesional dan workshop parenting lainnya.
3. Quality time bersama suami
Saya selalu suka apapun yang dikerjakan bersama dengan suami. Bersama loh ya, tidak sama dengan raga bersama tapi sibuk dengan gagdet masing-masing (mudah-mudahan si suami saya baca ini, wakakakk). Pernah waktu pas liburan keluarga ke Taman Safari, anak-anak memilih untuk ikut bersama tante dan om nya dan tinggallah kami berdua di dalam mobil. Bukannya menikmati pemandangan di Taman Safari, kami malah asyik ngobrol ngalor-ngidul, haha. Dan ternyata hal sederhana itu justru menyemai benih-benih cinta kembali, uhhuuyy...
4. Bermain bersama anak
Saya suka bermain, apalagi bersama dengan anak-anak saya. Banyak hal seru yang kami lakukan meski dengan permainan yang sederhana. Saya sangat senang melihat mereka tertawa saat sedang bermain bersama saya.
5. Menulis hal yang bermanfaat bagi orang lain
Seperti postingan saya sebelumnya, mungkin saya termasuk orang yang sedikit terlambat memahami diri saya. Sekitar dua tahun lalu, saya baru mulai serius menekuni dunia kepenulisan, terutama saat saya diamanahi sebagai Kapten Rumbel Menulis IP Jakarta. Sejak saat itu, saya suka sekali belajar tentang teknik kepenulisan (meskipun masih tergolong amatir, ya, hihi). Alhamdulillah, selain postingan receh yang saya tulis di media sosial, saya juga sudah menulis belasan buku antologi bersama dengan teman-teman saya. Meski hingga saat ini aktivitas menulis hanya saya lakukan untuk mengaktualisasi diri, namun saya sangat senang sekali ketika orang lain dapat mengambil manfaat dari tulisan yang saya buat.
Itulah telur-telur hijau saya untuk menjadi seorang perempuan, istri, dan ibu yang bahagia. Kalau telur hijau Teman-teman apa saja?
#janganlupabahagia #jurnalminggu1 #materi1 #kelastelurtelur #bundacekatan1 #institutibuprofesional
Wah, sudah kelewat cukup lama, ya, saya enggak posting di blog. Sebenarnya sudah ada tulisan yang disimpan didraft, tapi masih belum sreg untuk launching, hehe. Sekarang, saya mau berbagi tentang pembelajaran saya di Kelas Bunda Cekatan Ibu Profesional, yeaayy! Heboh dan bersyukur banget masuk kelas ini (pastinya!) karena kelas ini sudah saya tunggu sejak setahun lalu dan ternyata dipandu langsung sama Ibu Septi, wahh....
Serunya di kelas Bunda Cekatan ini ternyata value belajar yang diusung, yaitu belajar dengan merdeka dan merdeka belajar. Berbeda dengan tahapan Matrikulasi dan Bunda Sayang yang butuh konsistensi, di tahap bunda cekatan ini justru para ibu diimbau untuk berbahagia *ahh, saya mikir tema ini aja sudah mau mewek, huhuu..
Pertanyaan saya selama ini rasanya mulai ada pencerahan dengan adanya kelas Bunda Cekatan. Percaya atau tidak, saya juga seringkali bertanya pada diri sendiri,
"Apa saya bahagia?"
"Memangnya saya bahagia menjalani hari demi hari?"
"Kalau bukan saya, lalu siapa lagi yang memikirkan kebahagiaan saya?"
Atau pertanyaan lainnya,
"Apakah anak-anak bahagia memiliki ibu seperti saya?"
"Apakah saya sudah cukup membahagiakan suami saya?"
Berbagai pertanyaan itu yang terus menggelayut di dalam benak saya, hingga akhirnya terkikis oleh rutinitas yang dikerjakan tanpa kesungguhan, "Beginilah saya, maka jalani saja hidup ini." Jadilah ternyata semua aktivitas itu berjalan biasa saja dan kemudian semua pertanyaan itu hinggap kembali di benak saya.
Mungkin orang lain berpikir ini hal sepele, "Sudah enak juga ya hidupnya...apalagi coba yang diharapkan?" Tapi tetap saja ya, masing-masing ibu adalah aktor utama dalam hidupnya dan setiap ibu juga berhak bahagia. Kebahagiaan saya belum tentu menjadi kebahagiaan ibu di samping saya, karena peran setiap orang itu berbeda.
Materi perdana dari Ibu Septi yang saya garis bawahi adalah
"Anak-anak adalah amanah yang kita ambil secara sadar, maka kita harus menjaganya dengan kesungguhan. Untuk menjaga amanah dengan kesungguhan, diperlukan ibu yang bahagia. Ibu yang bahagia akan melahirkan anak-anak yang bahagia."
Pertanyaan selanjutnya: Lalu, apa yang membuat saya bahagia?
*apa yang membuat teman-teman bahagia? (nah loh, ikutan nanya biar cari teman, wakakakk)
Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, saya perlu memetakan aktivitas-aktivitas saya ke dalam empat kuadran: kuadran untuk aktivitas yang saya bisa dan saya suka, kuadran untuk aktivitas yang saya tidak bisa dan saya bisa, kuadran untuk aktivitas yang saya bisa tapi saya tidak suka, dan kuadran untuk aktivitas yang saya tidak suka dan tidak bisa.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Hihi, hayo siapa ketawain, yaa...si Bunda juga manusia ya, hehe. Ternyata, dari keseluruhan rutinitas sehari-hari, ada beberapa aktivitas yang sangat saya sukai dan saya bisa melakukannya. Dari sekian aktivitas tersebut saya perlu mencari beberapa telur hijau yang akan saya gali di tahapan pembelajaran berikutnya.
Telur Hijau
Apa artinya telur hijau? Telur hijau merupakan istilah yang digunakan oleh Ibu Septi untuk aktivitas yang menandai kekuatan-kekuatan kita. Lucunya, di kelas Bunda Cekatan ini menggunakan banyak istilah baru. Misal, untuk tahap awal kelas Bunda Cekatan dinamai dengan tahap Telur-telur. Setelah tahap Telur-telur, akan ada tahap Ulat-ulat, tahap Kepompong, dan tahap Kupu-kupu. Analoginya, para ibu (maupun calon ibu) yang mengikuti kelas Bunda Cekatan akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang sangat indah.
Kembali lagi ke bahasan telur hijau, ini dia lima aktivitas yang merupakan kekuatan saya sehingga saya bahagia menjalaninya:
1. Punya waktu yang cukup buat ibadah
Ini yang menurut saya paling penting setiap paginya. Biasanya, rutinitas pagi saya dimulai di pukul 3 pagi. Shalat malam, lanjut curhat sama Allah (suka gerung-gerungan sendiri kalau malam, ya, hehe...alhamdulillahnya yang lain masih pada tidur), lanjut lagi shalat subuh, berdoa, mengaji juga baca tafsir, berdzikir atau shalawat (sambil cuci piring) dan yang enggak kalah penting bermunajat pagi memohon Allah agar memudahkan semua aktivitas saya dan keluarga di hari itu. Nah ini, kalau ada yang kelewat, biasanya saya suka rungsing sendiri. Jadi, ibadah di pagi hari ini bagi saya ibarat balance of life.
2. Belajar
Saya suka belajar, terutama tentang kajian Islam, parenting, dan lain sebagainya. Dulu, ketika belum menikah, saya sempat ikut kajian-kajian tentang Islam. Semenjak punya anak aktivitas ini terhambat. Saya sempat sedih karena merasa ruhiyah ini kosong. Alhamdulillah beberapa bulan ini saya ikut kajian online dan merasa bersyukur sekali. Allah juga memudahkan saya untuk ikut kelas tahsin di masjid dekat rumah (dengan membawa serta anak-anak tentunya, wakakakk). Pembelajaran parenting juga saya ikuti melalui perkuliahan Ibu Profesional dan workshop parenting lainnya.
3. Quality time bersama suami
Saya selalu suka apapun yang dikerjakan bersama dengan suami. Bersama loh ya, tidak sama dengan raga bersama tapi sibuk dengan gagdet masing-masing (mudah-mudahan si suami saya baca ini, wakakakk). Pernah waktu pas liburan keluarga ke Taman Safari, anak-anak memilih untuk ikut bersama tante dan om nya dan tinggallah kami berdua di dalam mobil. Bukannya menikmati pemandangan di Taman Safari, kami malah asyik ngobrol ngalor-ngidul, haha. Dan ternyata hal sederhana itu justru menyemai benih-benih cinta kembali, uhhuuyy...
4. Bermain bersama anak
Saya suka bermain, apalagi bersama dengan anak-anak saya. Banyak hal seru yang kami lakukan meski dengan permainan yang sederhana. Saya sangat senang melihat mereka tertawa saat sedang bermain bersama saya.
5. Menulis hal yang bermanfaat bagi orang lain
Seperti postingan saya sebelumnya, mungkin saya termasuk orang yang sedikit terlambat memahami diri saya. Sekitar dua tahun lalu, saya baru mulai serius menekuni dunia kepenulisan, terutama saat saya diamanahi sebagai Kapten Rumbel Menulis IP Jakarta. Sejak saat itu, saya suka sekali belajar tentang teknik kepenulisan (meskipun masih tergolong amatir, ya, hihi). Alhamdulillah, selain postingan receh yang saya tulis di media sosial, saya juga sudah menulis belasan buku antologi bersama dengan teman-teman saya. Meski hingga saat ini aktivitas menulis hanya saya lakukan untuk mengaktualisasi diri, namun saya sangat senang sekali ketika orang lain dapat mengambil manfaat dari tulisan yang saya buat.
Itulah telur-telur hijau saya untuk menjadi seorang perempuan, istri, dan ibu yang bahagia. Kalau telur hijau Teman-teman apa saja?
#janganlupabahagia #jurnalminggu1 #materi1 #kelastelurtelur #bundacekatan1 #institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar