#NHW3: Pondasi Bangunan Peradaban

Surat Cinta

Surat merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi. Saya ingat sekali sewaktu saya duduk di bangku SMP, saya termasuk kolektor berbagai jenis kertas surat dan perangko dalam negeri maupun yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Saya juga memiliki sahabat pena dari Austria, Elizabeth namanya. Seiring dengan perkembangan teknologi, aktivitas berkirim surat sudah banyak ditinggalkan orang, termasuk saya. Kini, berkomunikasi dapat lebih efisien dengan mengirim surel (email), sms, ataupun yang lebih praktis seperti whatsapp/bbm/telegram, dan sejenisnya. Tapi nyatanya, bagi saya, berkirim surat tetap menjadi salah satu cara efektif dalam berkomunikasi dengan suami, dan romantis tentunya, hihii.. ☺️ Sebelum mendapat tugas #NHW3 ini, saya sudah pernah memberikan surat cinta untuk suami. Respon suami sesaat setelah membaca surat saya adalah menyatakan cintanya sambil memeluk dan mencium kening saya, mengucapkan terima kasih atas kesabaran saya mendampinginya, juga mengucapkan kata maaf karena belum bisa menjadi suami yang baik. Teruuss..langsung diajak jalan-jalan dehh! Ahh..jatuh cinta lagi..dan lagi.. 😍 *eciee..prikitiiww

Dan, saya juga sempat mendapat balasan surat cinta dari suami beberapa hari lalu. Bedanya, saya menulis surat cintanya berlembar-lembar, suami menulisnya satu kalimat, haha.. 😝 Lugas, tegas, tepat sasaran *etapii dapat bunga mawar ☺️




Potensi Anak-anak

Kembali lagi ke #NHW3, adapun potensi yang dimiliki anak-anak saya adalah sebagai berikut:


Askana Ammara Damanik (usia 3 tahun 4 bulan)
- daya ingat tinggi
- rasa ingin tahu tinggi
- tumbuh kembang baik, aktif, dan ceria
- daya imajinasi tinggi
- kemampuan verbal sangat baik
- penyayang, rasa empati tinggi


Ayudia Abdilla Damanik (usia 8 bulan)
- tumbuh kembang baik dan aktif
- murah senyum dan mudah bersosialisasi
- kemampuan verbal sangat baik
- penyayang dan perasa

Potensi Diri

Saya pernah bertanya kepada suami, "Ayah, kenapa sih ayah suka sama Bunda?", dan suami menjawab "karena Bunda pakai kaos kaki.." *laahh, waakakak..dari kaki naik ke hati 😅
Menurut saya, potensi yang ada dalam diri saya *maap yaa agak narsis 😁 sbb:
- mau belajar dan bekerja keras
- mandiri 
- mudah bersosialisasi
- tegas

Selama empat tahun ini, setidaknya ada dua peran utama yang saya mainkan, yaitu sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anak saya. Peran saya sebagai istri adalah menjadi partner suami dalam mencari ridha Allah, juga membangun peradaban dari keluarga kecil kami. Pernikahan ini membuat kami (saya terutama) belajar untuk saling melengkapi dan ikhlas menerima segala kelebihan ataupun kekurangan satu sama lain. Peran saya sebagai ibu adalah untuk melahirkan anak-anak taqwa, yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Saya juga memposisikan diri saya sebagai sahabat terbaik bagi anak-anak saya dan sebagai filter atas informasi dan pengetahuan apapun yang diterima anak-anak.

Kedua peran itu tentunya membutuhkan kerja keras dan kemauan untuk selalu belajar menjadi istri dan ibu yang baik, yang salah satu sarana untuk mencapainya adalah dengan bergabung dalam komunitas Institut Ibu Profesional ini.


Tantangan yang Harus Dihadapi
- Berada di era digital membuat kami harus bisa memenej penggunaan gadget dan alat audio visual lainnya untuk anak-anak
- Banyaknya kekerasan baik secara verbal, fisik, maupun psikologis dari lingkungan sekitar
- Adanya perbedaan pola pengasuhan antara kami, orangtua kami, maupun lingkungan sekitar

Membangun peradaban merupakan tugas besar umat muslim, dengan melahirkan generasi rabbani. Amanah inipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Semoga keluarga kecil kami dapat turut berpartisipasi menjadi pondasi bangunan peradaban, in sya Allah.. 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How I Met My Husband

Lima Tips yang Perlu Diperhatikan Orang Tua saat Memilih Sekolah Anak

Joker: Seorang Pribadi yang Penuh Luka